LINGKUNGAN HIDUP

Pastor Paroki Dalong : Gereja Dorong Program-Program Gerakan Ekologi

FLORESGENUINE.com- Pastor Paroki Dalong, P. Marselinus Barus,O.Carm mengapresiasi kegiatan penanaman pohon yang diinisiasi oleh Burung Indonesia. Menurut Pater Marsel, gerakan menanam pohon sudah cukup masif dilakukan oleh masyarakat mulai dari anak-anak usia dini, SD, SMP hingga SMA.

“ Gereja Katolik sudah terlibat langsung dalam aksi-aksi penanaman pohon demi menjamin kelestarian dan keberlanjutan lingkungan. Namun, mungkin berbagai kegiatan yang sudah dijalankan kurang diekspos sehingga belum menjadi perhatian masyarakat luas,” ungkap Pater Marsel disela-sela kegiatan penanaman pohon di Desa Golo Ndoal, Kecamatan Mbeliling, Sabtu (5/10/2025).

Menurut Pater Marsel, Gereja sudah cukup masif melakukan gerakan menanam pohon yang melibatkan dari anak PAUD, SD, SMP sampai SMA. Program-program ekologi sudah melibatkan setiap sekolah dan setiap paroki hanya memang, perlu mengajak lebih banyak lagi orang untuk terlibat dalam gerakan ini,” ujarnya.

BACA JUGA:  Pembangunan di Labuan Bajo, Jangan Abaikan Lingkungan

Pater Marsel lebih jauh mengatakan, salah satu persoalan yang dihadapi yakni kesadaran dan mentalitas masyarakat yang masih sulit diatur seperti dalam menangani masalah sampah yang dibuang di sembarangan tempat.

Padahal, ada tempat sampah yang sudah disiapkan, tetapi masih banyak orang yang memilih untuk membuag sampah tidak pada tempatnya. Menurut Pater Marsel, perkara kecil ini ternyata menjadi tantangan tersendiri.

“ Ini mungkin soal budaya dan kebiasaan. Mereka bebas membuang sampah. Rupanya program revolusi mentalnya Jokowi gagal,” ujarnya.

Menurut Pater Marsel, kebiasaan membuang sampah mesti dimulai dari rumah. Sebab, jika di rumah, anak-anak dididik dan dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya, maka kebiasaan itu akan ia lakukan di tempat-tempat umum lainnya.

BACA JUGA:  Pembentukan Badan Peduli Taman Nasional Komodo, Apa Tujuannya

Sementara itu, Kepala Desa Tondong Belang, Fransiskus Xaverius Fedi mengisahkan tragedi tanah longsor yang menewaskan 8 orang warga di Kampung Culu tahun 2019 lalu menjadi inspirasi sekaligus membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan.

Penanaman pohon simbolik pada peringatan Hari Sungai Internasional yang berlangsung di SMAN I Mbeliling. (foto : Kornelis Rahalaka/Floresgenuine)

“ Kita semua mungkin masih ingat dan tahu bahwa tahun 2019 lalu, terjadi tragedi di Culu. Sebuah peristiwa bencana tanah longsor. Bagaimana dampak longsor itu, tidak hanya dirasakan oleh kami, tapi dirasakan pula oleh warga Labuan Bajo. Karena waktu itu sumber air tercemar oleh lumpur akibat tertimbun material longsor. Semua orang menjerit karena air tercemar lumpur dan air macet akibat banjir dan longsor,” ungkap Kades Fedi.

Menurut Kades, setelah diteliti, titik-titik longsor tersebut merupakan daerah yang banyak ditumbuhi pohon kemiri yang akarnya kurang kuat mengikat tanah sehingga mudah longsor. Karena itu, warga kini mulai banyak menanam jenis pohon yang dapat mengikat struktur tanah agar lebih kuat dan tidak mudah longsor.

BACA JUGA:  Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Agro Ekologi dan Restorasi Ekonomi

“Tragedi Culu telah menginspirasi kami dan telah menyadarkan kami tentang pentingnya konservasi lingkungan agar tidak terjadi banjir dan tanah longsor. Karena kalau alam sudah marah, itu bukan main-main. Kami sudah rasakan,” ujarnya.

Karena itu, ia mengajak semua pihak untuk mulai terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan penamana pohon dan upaya konservasi lingkungan. Dia berharap agar gerakan-gerakan ekologi dan edukasi terkait konservasi lingkungan agar terus menerus dilakukan demi membangun kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi aktif melakukan penanaman, mulai dari lingkungan keluarga dan di wilayah yang lebih luas. [kis/fg]

 

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button