OPINI

Nusa Toleransi dan Investasi

Oleh : Yakobus S Muda*

Keharmonisan umat Muslim dan Katolik di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi contoh yang inspiratif bagi seluruh Indonesia.

Data BPS menunjukan, angka persentasi umat muslim di NTT tahun 2010 sebanyak 8,66 %. Angka ini naik menjadi 9 persen di tahun 2023. Angka pesentase umat Kristen dan Katolik di NTT sebanyak 89,91 persen dan naik menjadi 90,81 persen.

Angka-angka ini menunjukan informasi yang positif bagi dua keyakinan besar ini. Silakan pembaca lebih jauh untuk menelaah. Keragaman agama yang ada justru memperkaya keberagaman kehidupan masyarakat dan menjadi kekuatan dalam slogan kebhinekaan.

Keberagaman ini menunjukkan nilai-nilai lokal yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh adanya ruang temu.  Ruang temu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ruang temu tanpa melihat perbedaan keyakinan.

Ruang temu secara kelembagaan dilakukan oleh tokoh-tokoh agama di Flores, NTT. Ruang temu seperti acara protokoler kenegaraan, lingkungan pendidikan  serta kegiatan keagamaan. Nilai-nilai gotong royong dan saling membantu menjadi dasar dalam kehidupan bersama. Perayaan-perayaan keagamaan sering kali menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan.

Di kalangan anak muda misalnya, ruang temu dalam kegiatan bermain bersama. Kegiatan olahraga sepak bola selepas sholat subuh di bulan ramadhan atau kegiatan olahraga memperingati ulang tahun gereja. Termasuk juga pertemuan nelayan muslim dan petani kristen di pasar.

Kami tumbuh dalam ruang bersama sebagai anak-anak asli Flores, NTT. Hubungan persaudaraan, tumbuh dan mengakar dalam sendi kehidupan masyarakat dan keagamaan. Budaya solidaritas dan kerukunan menjadi identitas.

BACA JUGA:  Mitreka Satata Spirit Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

Keharmonisan umat Muslim dan Katolik menjadi contoh inspiratif bagi seluruh Indonesia. Inilah budaya kerukunan kami. Jangan ganggu, jangan ganggu kami dengan pengaruh-pengaruh paham ideologi yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.  Bagi kami, dengan adanya ruang temu telah menjadikan Muslim di NTT paling toleran di dunia.

Namun, perlu kewaspadaan akan kerentanaan oleh pengaruh-pengaruh kondisi ekonomi dan kemiskinan yang bercampur dengan kepentingan politik. Hal ini dapat menjadi pemicu konflik. Kita semua tentu belajar dari beberapa kasus yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia satu dekade yang lalu. Kejadian ini dipicu oleh gap kesenjangan ekonomi dan kepentingan politik.

Belajar dari pengalaman sejarah, para rohaniwan dan awam Katolik mengambil peran didepan untuk membangun ruang temu. Membangun persatuan dan persaudaraan tanpa sekat. Dialog dibangun dengan tokoh-tokoh Muslim. Dilakukan sejak hadirnya Gereja di Flores, NTT sampai saat ini.

BACA JUGA:  ISKA Dorong Lemhannas Lakukan SSDN di Destinasi Pariwisata Super Prioritas

Pesan persatuan juga dilakukan dengan agama Protestan. Awal peristiwa pembentukan Propinsi NTT tahun 1958.  Saat itu  situasi di Eropa sedang terjadi konflik antar gereja. Dengan semangat keimanan dan ajaran cinta kasih, NTT yang didominasi Katholik di Flores dan Protestan di Timor, membangun kesatuan.

Hal ini dilakukan untuk memberi pesan kepada dunia tentang semangat cinta kasih terhadap sesama.  Dengan melihat dalam konteks global dan nasional, Flores NTT mau membawa pesan tentang belajar toleransi.  Bukan harus belajar toleransi dari Flores NTT, hanya mau menunjukan inilah nilai toleransi  Flores NTT.

Semua daerah memiliki budaya asli yang menjadi jatidirinya. Kita mau pakai ini untuk menjaga keutuhan wilayah dan menggunakannya untuk menjaga kondusifitas bangsa. Keutuhan wilayah akan dipengaruhi oleh internal dan ekternal. Paska keruntuhan Kerajaan Majapahit, Indonesia mula-mula dibawah pengaruh Portugis.  Bangsa Portugis ke Indonesia dengan  slogan Gold, Gospel & Glory.

Misi Gospel mula-mula dilakukan oleh rohaniwan dari ordo Jesuit.  Menancapkan pengaruh untuk meningkatkan hegemoni Portugis di wilayah timur. Kini, misi Gospel ini telah melahirkan ribuan imam Katolik. Saat ini, misi Gospel berbalik arah. Para imam dan biarawaan Katolik menjadi pembawa misi  ke seluruh dunia. Termasuk ke daerah asal penyebarannya.

BACA JUGA:  Ondy Christian Siagian Jadi Penjabat Sementara Bupati Manggarai Barat

Terlepas dari permasalahan kolonialisme, keyakinan dan kepercayaan mula-mula di Flores NTT tumbuh bersama masuknya agama.  Ada tiga persoalan utama  di NTT  yang harus menjadi perhatian serius. Kemiskinan, kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pembangun kekuatan ekonomi daerah.

Salah satu faktor pendorong  pertumbuhan ekonomi daerah adalah masuknya investasi. Pemerintah daerah (Pemda) dapat mengunakan kekuatan nilai-nilai  sosial budaya sebagai kekuatan untuk mendorong investasi. Apalagi  dengan pertumbuhan ekonomi yang cendrung semakin baik di sektor pariwisata.

Sebagai pembanding untuk wilayah ASEAN.  Pada 2023 Singapura menerima FDI US$159,67 miliar, setara 71% dari total modal asing yang masuk ASEAN.  Padahal pasar utama investasi ada di wilayah dengan ketersediaan sumber kekayaan alam dan demografi yang tinggi.   Faktor utama yang dominan atas tingginya investasi di Singapura adalah kepercayaan.

Semoga pemimpin NTT kedepan, akan memanfaatkan potensi kekuatan daerah NTT guna menarik investasi. Dengan investasi akan meningkatkan roda perputaran ekonomi di daerah. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat.  Hal ini   menjadi cara untuk mengurangi angka kemiskinan dan stunting.

Penulis adalah anggota ISKA IKAL Strategic Center

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button