Mgr Maksimus Regus : Ciptakan Gereja yang Ramah, Inklusif dan Berkomitmen pada Nilai-Nilai Injil
FLORESGENUINE.com- Uskup terthabis Keuskupan Labuan Bajo, Mgr Maksimus Regus mengatakan bahwa hampir tiga puluh tahun, seorang ilmuwan politik Samuel P. Huntington menulis sebuah buku berjudul benturan antar peradaban.
Samuel meramalkan bahwa dimasa depan, dunia akan menjadi arena konflik, pertentangan dan benturan. Ranah yang secara kasat mata akan dihiasi oleh konflik, kekerasan dan permusuhan. Dalam pandangannya, benturan menjadi salah satu pendekatan relasi antara manusia, relasi anatara kelompok sosial, relasi antara agama, relasi antara komunitas-komunitas.
“ Kita memeriksa berita pada hari-hari ini, dunia kita dihiasi dan sedang disesati oleh berbagai macam bentuk amarah, kebencian dan permusuhan,”ungkap Uskup Maksimus dalam sambutan pada upacara thabisan dirinya menjadi Uskup Labuan Bajo yang berlangsung di Gereja Santo Petrus Sernaru, Jumad (1/11/2024).
Pada hari ini, kata Uskup Maksimus, Tuhan menawarkan sebuah pendekatan yang lain dalam relasi kita dengannya. Dia memperlihatkan pendekatan yang memukau sekaligus menantang. Sepanjang sejarah, pendekatan itu Dia perlihatkan dengan cinta tak terbatas.
Ia menawarkan keselamatan. Keselamatan adalah model pendekatan Tuhan kepada manusia. Mengajak dunia untuk saling menghargai, mengalirkan harapan kepada dunia yang sedang terpecah.
Uskup maksimus menyatakan bahwa Paus Fransiskus menggagaskan kemaunusiaan bersama pada pengalaman, perasaaan dan sifat-sifat yang menghubungkan semua pada berbagai budaya. Ia menekankan meskipun ada perbedaan dalam agama, sosial budaya tapi selalu ada benang merah yang mengikat setiap individu.
Maka menurut Uskup Maksimus, kehadiran Keuskupan Labuan Bajo merupakan anugerah tepat waktu bagi gereja yang menjadi pintu gerbang dunia yang memadukan budaya, iman dan beragama masyarakat dalam satu persimpangan spiritual.
“ Keuskupan ini menjawab kebutuhan pastoral, memperkuat persekutuan serta menjadi harapan dan iman bagi semua yang datang ke Labuan Bajo. Bersama Gereja, kita berjalan bersama. Kesukupan ini pasti banyak tantangan. Karena itu keuskupan harus membangun fondasi baru baik spritual maupun pastoral,” ungkap mantan Rektor Unika Santu Paulus Ruteng.
“ Dengan rendah hati, saya mohon doa dan dukungan kita semua. Keuskupan ini membutuhkan bimbingan dan kebijkasaaan, juga dukungan keuskupan seluruh Indoensia,” ajak uskup Maksimus seraya mengajak seluruh umat untuk bersama berusaha menciptakan gereja yang ramah, inklusif dan berkomitmen pada nilai-nilai injil.
Sementara itu, Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat mengisahkan secara singkat perjalanan pembentkan Keuskupan Labuan Bajo. Menurut Uskup Sipri, awalnya Keuskupan Ruteng mengajukan proposal kepada Propaganda Fide di Roma pada tahun 2021.
Gayung pun bersambut yakni pada tahun 2022, Vatikan menerima proposal Keuskupan Labuan Bajo yang meliptui wilayah Kabupaten Manggarai Barat. Kata Uskup Sipri, asa ini kemudian berkuncup indah yaitu pada tanggal 1 juni 2024 ketika Bapa Suci Paus Fransiskus megangkat RD Maksimus Regus yang adalah imam Keuskupan Ruteng menjadi gembala perdana Keuskupan baru Labuan Bajo.
“ Hari ini kuncup harapan itu terwujud merayakan momentum agung dan luhur di mana Tuhan mengurapi hamabanya Mgr Maksi,” ujarnya.
Menurut Uskup Sipri, latar belakang pemekaran dilakukan mengingat luasnya wilayah Keuskupan Ruteng dengan akses serta topografi yang menantang, yang terdiri dari gunung dan lembah yang terhampar luas dan ditambah dengan jumlah umat Katolik terbesar di seluruh indonesia.
“ Delapan ratusan ribu jiwa yang tersebar. Dengan luasnya ini, membutuhkan pastoral baru demi pelayanan konektual dan integral semakin efisien dan efektif,” ungkap Uskup Sipri.
Selain itu, Uskup Sipri juga mengatakan bahwa pemekaran dilakukan karena pembagunan di Manggarai Barat dalam dasa warsa terakhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan ditetapkannya sebagai pariwisata super premium.
“ Dengan perkembangan pembangunan yang terus meningkatkan dan memetakan peluang pastoral yang tak boleh diabaikan, apalagi diacuhkan oleh mindset mental yang terbuai dalam zona nyaman pastoral,” ujarnya.
Menurut dia, dengan perkembangan jaman yang begitu pesat, akar spitualitas dan kekatolikan di pintu gerbang pulau kekatolikan Flores ini, Gereja lokal Keuskupan Ruteng terpanggil dan terdorong untuk memekarkan dirinya ke wilayah barat tanah nuca lale.
“ Keuskupan baru ini sesungguhnya karya rahmat Allah, hadiah yang indah dan mulia bagi seluruh umat Allah di wilayah ini. Mengapa orang miskin, orang sengsara, orang teraniaya dan termarginalakan disebut berbahagia, karena dalam kelemahan dan kerapuhan manusia tampakan kekutan Allahyang berlimpah-limpah,” tambah Uskup Sipri.
Menurut Uskup Sipri, ke depan ada banyak tantangan, tetapi juga ada beragam peluang pastoral. Di mana, manusia jaman ini sering mengalami ketegangan, mengalami kegalauan, mengalami keterpecahan tanpa prinsip dalam dirinya yang menata dan merangkai kesatuan dan harmoni dirinya.
Manusia jatuh dalam individualisme, jatuh dalam egoisme dan narsisme, perjumpaan dengan sesama bukan menjadi jalan cinta tetapi jalan penguasaan, jalan pemerasan, jalan penganiayaan dan jalan peperangan.
Manusia diajak kembali ke dalam dirinya sendiri, inti dirinya. Manusia harus menemukan hatinya sebgai pusat diri dan kehidupannya. Hati yang demikian hanya ditemukan dalam hati terkudus Yesus.
“ Mari kita merangkul dunia dengan lembut, dengan hati terkudus Yesus. Dalam Keuskupan Labuan Bajo, orang ingin mengalami spritual yang super premium. Di gerbang Pulau Flores ini, orang merasakan hati terkudus Yesus,” tutup Uskup Sipri. [vin/fg]