BUMI MANUSIA

Mengenang 100 Tahun Gereja Katolik Tertua di Manggarai Barat

FLORESGENUINE.com- Misionaris asal Jerman, Pater Franc Eickman, SVD mungkin tak pernah bermimpi bahwa sebuah monumen iman akan ia wariskan bagi umat Katolik di wilayah paling barat Pulau Flores ini.

Tahun 1925, Pater Eickman memulai pembangunan Gereja Katolik yang berlokasi di Kampung Rekas, sebuah kampung tradisional nan sunyi dalam bilangan Kempo, Flores Barat. Gereja Katolik yang dibangun ini dibaptis dengan nama St. Maria Penghibur Orang Berduka Cita menjadi saksi sejarah awal masuknya Agama Katolik di wilayah ini.

Berawal dari Gereja Rekas inilah benih-benih iman umat mulai berkembang dan menjadi pusat misi penyebaran agama Katolik di wilayah bagian barat Keuskupan Ruteng. Tahun 2025 mendatang Gereja Katolik Rekas akan merayakan hari ulang tahunnya yang ke 100, sebuah kisah sejarah perjalanan iman yang panjang.

Gereja Katolik Rekas merupakan pusat paroki yang membawahi sejumlah stasi. Seiring perkembangan zaman, terutama ketika Labuan Bajo, Flores menjadi daerah pariwisata super prioritas, Gereja Rekas kini tengah didesain agar menjadi salah satu situs wisata religi.

Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mulai mendorong dan menargetkan agar Pulau Flores menjadi destinasi utama wisata religi Katolik di Indonesia.

Untuk itu, kerjasama dan kolaborasi mulai dibangun dengan keempat otoritas gereja Katolik lokal di Flores yaitu Keuskupan Larantuka, Keuskupan Agung Ende (KAE), Keuskupan Maumere, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Labuan Bajo. Selain itu, kolaborasi juga dengan Dinas Pariwisata di 9 Kabupaten serta Komunitas Basis Umat (KBG), dan seluruh pelaku pariwisata.

Plt. Dirut BPOLBF, Fransiskus Teguh mengatakan, potensi wisata religi di Flores khususnya Rekas sangat besar sehingga perlu dikemas dan dikelola dengan lebih maksimal. Pengembangan wisata religi ini merupakan tindak lanjut dari focus group discussion tentang potensi dan strategi pengembangan wisata religi Katolik di Pulau Flores yang digekar 5 Juli 2024 lalu.

BACA JUGA:  Apresiasi Kreasi Indonesia 2024, Bangkitkan Ekonomi Kreatif Flores

Frans mengungkapkan bahwa pengembangan wisata religi adalah menggali potensi-potensi religi dan aspek spiritual yang ada serta di sisi lain mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat di daerah ini.

“ Masyarakat Flores mayoritas adalah Katolik, sehingga Flores bisa menjadi tempat orang datang untuk mendapatkan pengalaman spiritual. Namun, wisata religi ini tidak hanya dikembangkan pada aspek spiritualitasnya saja, tetapi juga aspek ekonomi dimana pengembangan harus berdampak dan bermuara bagi kesejahteraan masyarakat,” ujar Teguh.

Dia menilai Gereja Katolik rekas dan Kampung Rekas, telah memenuhi konsep sadar wisata, atau sapta pesona yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan.

BACA JUGA:  Fransiskus Xaverius Teguh Ditunjuk Jadi PLT Direktur Utama BPOLBF

“ Konsep ini sangat penting ketika sebuah destinasi akan dikembangkan dan juga merupakan modal sosial untuk menarik orang datang dan tinggal lebih lama di Rekas,” ucapnya.

Penguatan narasi dan penguatan SDM melalui berbagai pelatihan dan sertifikasi, pengembangan eco-homestay dan gastronomi juga bisa digali agar dapat melahirkan destinasi wisata dan event religi yang berkelanjutan. Berbagai peningkatan dan pengembangan ini diharapkan dapat berdampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Sementara itu, Pastor Paroki Rekas, Pater Yeremias G. Bero, SVD, mengatakan, pihak paroki telah bekerja sama dengan beberapa donatur untuk merenovasi gereja tua Rekas. Dalam usianya yang memasuki 1 abad, Gereja Rekas diharapkan akan menjadi salah satu situs cagar budaya religi.

“ Kami berharap kawasan ini dapat dikembangkan sebagai spot pariwisata. Selain dapat mengembangkan industri kreatif bagi masyarakat yang dapat mendukung perekonomian masyarakat di sini,” ujar Pater Yerem.

BACA JUGA:  Jaga Taman Nasional Komodo Melalui Kolaborasi dan Partisipasi Stakeholder

Selain Gereja tua Rekas, Rekas juga terkenal sebagai pusat pendidikan di wilayah Flores Barat. Ini ditandai dengan kehadiran Sekolah Dasar yang dibangun pada tahun 1921 oleh misionaris Eropa yaitu SDK Rekas I. Sekolah yang dikelola oleh Yayasan Sukma, Keuskupan Ruteng ini telah berusia lebih dari satu abad.

Kampung Rekas juga mempunyai banyak produk ekonomi kreatif seperti gerabah compang (kerajinan tangan dari tanah liat), tenun, anyaman topi re’a, anyaman pandan dan lain-lain. Selain itu, Rekas juga mempunya pasar tradisional yang buka sekali dalam seminggu. Demikian pula dengan beberapa potensi gastronomi dan memiliki makanan khas seperti songkol yang bahan dasarnya terbuat dari singkong parut yang dicampur dengan parutan kelapa lalu dikukus dalam bambu.

Ada pula kuliner khas bernama bobo yakni masakan dari berbagai jenis daging atau ikan yang diolah dengan menggunakan bumbu tradisional. Bahan makanan itu dimasukan dalam bambu dan didekatkan dengan bara api selama kurang lebih 4 jam. Selain itu, ada makanan olahan dari keripik ubi ubian atau pisang. [kis/fg]

 

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button