
FLORES GENUINE – Kleptomania adalah gangguan kesehatan mental yang membuat pengidapnya sulit mengendalikan keinginan untuk mengambil barang tanpa izin. Pengidap kleptomania sering kali mengambil benda di tempat umum seperti swalayan atau barang milik teman-temannya.
Kleptomania biasanya muncul di usia remaja, namun bisa juga terjadi ketika dewasa. Masalah mental ini termasuk dalam golongan gangguan kendali impulsif yang membuat pengidapnya sulit mengontrol emosi dan perilaku. Lantas, bisakah kleptomania disembuhkan?
Berikut simak penjelasan tentang penyebab, gejala, hingga cara menyembuhkan kleptomania. Kleptomania adalah gangguan mental di mana penderitanya tidak mampu menahan keinginan untuk mencuri atau mengambil barang tanpa izin, meskipun barang tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan. Bahkan, mereka cenderung mengambil barang yang tidak berharga. Perlu diketahui, perilaku pengidap kleptomania ini tidak bertujuan untuk menghasilkan uang atau mendapatkan keuntungan. Hasil curian tersebut sering kali juga tidak digunakan, melainkan hanya ditimbun, dibuang atau diberikan kepada orang lain.
Umumnya, pengidap kleptomania akan merasa menyesal dan bersalah setelah melakukan tindakannya. Sayangnya, mereka tidak mampu menahan atau mengendalikan diri ketika keinginan tersebut kembali muncul. Sebab, mereka akan merasa cemas jika tidak melakukannya.
Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa penyebab kleptomania. Namun, terdapat dugaan bahwa kondisi ini dapat dipengaruhi oleh terganggunya senyawa kimia di otak, seperti: menurunnya kadar serotonin atau senyawa kimia otak yang berperan mengendalikan emosi dan suasana hati.
Terganggunya proses pelepasan dopamin atau senyawa kimia otak yang menciptakan rasa senang dan bahagia. Ketidakseimbangan sistem opioid yang mengakibatkan keinginan untuk mengambil barang atau mencuri tidak dapat ditahan.
Sementara itu, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap penyakit kleptomania adalah: menderita gangguan mental lainnya, seperti gangguan cemas, depresi atau gangguan kepribadian (bipolar disorder). Memiliki keluarga dengan riwayat kleptomania, penyalahgunaan NAPZA atau kecanduan alkohol. Memiliki trauma masa kecil. Menerima pola asuh orang tua yang lalai atau kasar. Mengalami gangguan otak, misalnya epilepsi.
Berbeda dengan pencuri pada umumnya, pengidap kleptomania umumnya menunjukkan karakteristik lain. Secara umum, beberapa gejala kleptomania adalah sebagai berikut: keinginan untuk mencuri muncul terus-menerus sehingga terjadi pengulangan siklus kleptomania. Meningkatnya rasa cemas dan tegang sebelum melakukan tindakan pencurian. Tidak memiliki daya untuk mengendalikan atau menolak dorongan mencuri barang.
Umumnya, barang yang dicuri tidak berharga atau tidak dibutuhkan, bahkan pengidap kleptomania sebenarnya mampu untuk membelinya. Sering kali melakukan pencurian di tempat-tempat umum yang ramai, misalnya supermarket. Kleptomania biasanya kambuh secara spontan, tanpa adanya rencana atau pemicu tertentu.
Setelah mencuri, pengidap kleptomania akan merasa bersalah, menyesal, marah pada diri sendiri, dan ketakutan. Meski setelahnya merasa bersalah, keinginan mencuri tersebut akan muncul kembali yang membuat penderitanya tidak mampu menolak.
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala dan riwayat kesehatan pasien yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan psikologis. Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui penyebab medis yang mendasari kleptomania.
Selanjutnya, dokter juga akan melihat apakah gejala yang dialami pasien sesuai dengan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5). Berdasarkan DSM-5, beberapa kriteria kleptomania adalah sebagai berikut:
Pasien tidak mampu menahan keinginan untuk mengambil barang tanpa izin, yang mana barang tersebut bukanlah kebutuhan pribadi dan terjadi secara berulang kali. Pasien merasa semakin tegang sesaat sebelum mencuri. Pasien merasa puas, senang dan rasa cemasnya mereda selama proses mencuri.
Pasien tidak melakukan pencurian atas dasar balas dendam atau melampiaskan kemarahan, bahkan tidak dilakukan atas dasar halusinasi atau delusi. Gangguan ini bisa menjadi gejala lain dari bipolar manik atau gangguan kepribadian antisosial.
Kleptomania membutuhkan penanganan medis karena kondisi ini tidak bisa diatasi seorang diri. Apabila tidak ditangani, kondisi ini akan kambuh terus-menerus. Sebagai penanganan kleptomania, dokter biasanya meresepkan obat-obatan dan melakukan psikoterapi.
Jenis obat yang diberikan kepada pengidap kleptomania adalah obat antidepresan SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitors). Pemberian obat ini bertujuan membuat kerja serotonin semakin efektif sehingga emosi pasien menjadi lebih stabil.
Terkadang, dokter juga memberikan obat antagonis opioid yang berguna untuk menurunkan dorongan atau keinginan mencuri serta rasa bahagia yang timbul setelah pasien mencuri. Penanganan kleptomania perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mencegah penyakit ini kambuh.
Jenis psikoterapi yang paling sering digunakan untuk menyembuhkan kleptomania adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pasien terkait perbuatan yang dilakukannya serta dampak buruk yang bisa diterima.
Melalui terapi ini, diharapkan pasien menyadari bahwa tindakan pencurian merupakan perilaku negatif yang harus dihentikan, sehingga motivasi untuk tidak mencuri lagi semakin tinggi. Pasien juga akan diajarkan cara untuk melawan keinginannya tersebut.
Kleptomania adalah masalah kesehatan mental yang dapat mengganggu keseharian penderitanya. Apabila Anda atau kerabat mengalami beberapa gejala yang menyerupai kleptomania, segera konsultasikan kondisi tersebut kepada dokter spesialis kedokteran jiwa terdekat agar mendapatkan diagnosis dan penanganan secara tepat. *[dari berbagai sumber]