FLORESGENUINE.com- Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) yang juga Uskup Bandung, Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC mengatakan bahwa kekudusan harus dipratekkan dalam hidup menggereja serta perlu berbela rasa dengan sesama yang lemah, lapar, haus, asing, telanjang dan sakit dalam penjara.
“ Tanpa gerakan belaskasih dan bela rasa, kekudusan hanya identitas ideal. Kekudusan harus menjadi aksi dalam tindakan belarasa,” ungkap Uskup Antonius dalam kotbah thabisan Mgr Maksimus Regus sebagai uskup pertama Keuskupan Labuan Bajo di Gereja Santo Petrus Sernaru, Jumad (1/11/2024).
Melansir Ensikleik Dilexit Nos yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus tanggal 24 Oktober 2024 lalu, Uskup Antonius menekankan pentingya hati yang menjadi pusat kehidupan di tengah dunia yang saat ini tengah kehilangan hati nurani sehingga banyak orang meninggal akibat perang atau kesenjangan sosial.
“ Cinta hati manusiawi dan cinta ilahi Yesus yang harus ada dalam hidup kita. Melalui Kristus, Allah mencurahkan hatiNya, supaya dunia di selamatkan olehNya,” ungkap Uskup Bandung.
Menurut Uskup Antonius, upacara thabisan Uskup Maksimus bertepatan dengan peringatan hari raya para orang kudus. Untuk itu, semua orang perlu menguduskan diri sama seperti Tuhan Yesus adalah kudus.
“ Hari ini adalah hari raya semua orang kudus. Kita bersyukur atas peristiwa iman hari ini,” ujar Uskup Antonius.
Mgr Antonius menyebutkan, ada dua peristiwa besar yang terjadi saat ini yakni Bapa Suci Paus Fransiskus telah menganugerahkan kepada gereja keuskupan Indonesia, satu lagi keuskupan yakni Keuskupan Labuan Bajo yang merupakan keuskupan yang ke 38. Dan Uskup pertama Mgr Maksimus Regus hari ini ditahbiskan dan mendapatkan pencurahan Roh Kudus.
Selain itu, Paus Fransiskus juga telah menerbitkan dokumen Gaudete ex exsultate tanggal 19 Maret 2019 lalu yang artinya bersukacitalah dan bergembiaralah. Kutipan ini diambil dari Injil Matius yang berbunyi : bersukacitalah dan bergembiralah karena upahmu besar disurga.
Maka berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Bapa Suci memperjelas maksud anjuran tersebut dengan sub judul panggilan jaman sekarang yang dikaitkan dengan kehendak Allah yang menciptakan manusia menurut citranya yang kudus.
“ Hendaklah kamu kudus, sebab Aku adalah kudus. Ketika dibaptis kita sudah menjadi kudus. Sungguh kita menjadi kudus bahkan dianugerahi meterai sebagai anak Allah, tetapi tidak semua orang dibaptis dapat mempertahankan kekudusannya sebagai anak Allah,” ungkap Uskup Antonius.
Karena itu, identitas kudus mesti dipertahankan dan diwujudkan dalam aktivitas kekudusan. Kudus, kata Uskup Antonius, bukan sekedar identitas ideal, tapi harus menjadi aktivitas praktis semua anak-anak Allah.
“ Mereka disebut orang kudus yang hebat dan luar biasa, bukan berada di surga, tapi mereka hebat, karena kudus ketika berada di dunia,” tandasnya.
Maka menurut Uskup Antonius, tantangan kita adalah bagaimana menjadi kudus, baik di surga maupun di dunia yang kita jalani ini.
“ Dalam sabda bahagia, orang yang suci hatinya akan melihat Allah. Maka menjadi orang kudus, bukan di surga nanti, tapi di sini, saat ini,” ujarnya.
Hal ini nampak hadir dalam diri mereka yang menderita, mereka yang melayani sesama, yang mempertahankan kebenaran yang Tuhan nyatakan. Karena itu, hidup kudus adalah hidup yang dikhususkan untuk Allah dengan mengambil jarak dengan dunia.
Lebih lanjut Uskup Antonius mengungkapkan bahwa Uskup Maksimus Regus memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdsan sosial tapi menurut Uskup Antonius, jauh lebih penting adalah kecerdasan Rohani.
“ Keuskupan Labuan Bajo, yang sangat dibutuhkan adalah kecerdasan rohani. Di tengah tantangan Labuan Bajo sebagai kota super premium, akan banyak tantangan-tantangan dunia,” tandasnya.
Untuk itu, perlu menjaga kebijaksanaan lokal sebagai kecerdasasn lokal budaya dan untuk budaya kultural dibutuhkan keceradsan rohani. Kecerdasan spiritual sudah ditunjukkan oleh Mgr Maksi Regus dalam mengembalakan umat di Keuskupan Labuan Bajo. Untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan serta meluruskan gerak langkah Keuskupan Labuan Bajo.
“ Bunda Theresa berkata, tidak semua orang bisa melakukan hal-hal besar, tetapi semua orang bisa melakukan sesuatu dengan cinta. Jangan berpikir hal-hal yang besar tapi mulailah dengan hal-hal keci dengan cinta,” tutup Uskup Antonius. [vin/fg]