FLORESIANA

Lambang Tikus Korupsi Hilang, Diganti Bunga Kamboja di Tepi Kubur

Oleh : Syukur Abdulah

Kanal diskusi, youtube, pertelevesian dan seluruh awak media, setengah dari jumlah penduduk Indonesia turut mendiskusikan, ngerumpi alias curhat kritis terhadap peran beberapa manusia yang haus ketika meminum minyak yang diaplos. Minyak yang diaplos bukanlah miras ketika di minum semakin haus pula rasanya ditenggorokan.

Kerugian minyak mentah yang diaplos dan diminum sekelompok manusia adalah tabiat keserakahan, ditemukan korupsi terbesar sepanjang sejarah peradaban bangsa ini hingga mencapai 1.000 triliun. Perilaku mengerikan hampir membobol  duit setengah dari jumlah APBN negara.

Komplotan pencuri yang terlibat dalam permainan begitu rapi adalah keluarga mentereng sang menteri, kakak, adik sang menteri, dimana acapkali kekuasaan sering digunakan sebagai pengatur kebijakkan atas nama negara supaya mulus dalam praktek pencuriannya.

BACA JUGA:  Gemasi Turun ke Jalan Desak APH Tuntaskan Kasus Korupsi di Mabar

Upaya bersih – bersih Kejagung di waktu akhir – akhir ini, dirut – dirut pertamina sudah ditangkap memakai baju orange bahkan diindikasikan ada keterlibatan Kapolda Metro Jaya yang ikut disebut menerima aliran duit, deputi penindakkan KPK pun ikut terseret karena menerima setoran dan tentu perilaku itu bisa di terjemahkan sebagai penjamin keamanan peran pelaku komplotan pencuri.

Duit Jiwasraya diembat, duit timah dilahap habis, duit BPJS dicuri, duit KTP elektrik gosong habis, dana pembangunan tower internet digilas, duit garuda, PLN terbakar, Bank Centuri dilikuidasi karena duitnya sudah zong, uang pajak di bombardir, dana haji dikorup, pengadaan kitab suci di cuci habis, duit kesehatan dikibuli, laut ikut disertifikat sampai – sampai tidak ada yang terlewatkan, semua di gasak habis.

Sistem negara ini mesti didaur ulang butuh revolusi, “lambang tikus korupsi hilang diganti  bunga kamboja di tepi kubur”. Bunga kamboja indah ditanam di tepi kubur, sungguh menakutkan, itulah kuburan terakhir para pelaku koruptor setelah dieksekusi mati.

Sedikit memakai sudut pandang ilmu psikologis diterjemahkan kedalam estetika kebahasaan bisa diartikulasikan ketika “pelaku korupsi diberi lambang tikus menggigit uang” ada kecenderungan bagi manusia yang lain mau mengikuti perbuatan orang lain. Tidak meninggalkan efek takut, karena ia tikus suka berlari berbondong – bondong ramai ikut – ikutan teman menyerang tanaman.

BACA JUGA:  Mungkinkah Sejarah akan Tercipta?

Itulah yang sering terjadi selama satu dekade di bangsa ini. Bila terjadi korupsi, dipastikan komplotan terjadi semacam aktifitas manusia lebih dari satu, dua atau seterusnya orang melakukan dan kejahatan korupsi itu sudah berakar serabut sebentar lagi setinggi puncak himalaya, hampir menyentuh semua aparat tinggi negara, institusi dan lembaga – lembaga kenegaraan lain, sedangkan penerapan sangsi hukum terhadap kejahatan korupsi hari ini, masih ringan – ringan saja. “Tikus yang hidup menatap jauh bunga kamboja di tepi kubur”. *

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button