FLORESGENUINE.com- Uskup terpilih Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus mengatakan, dalam kitab suci, dosa yang tak bisa diampuni adalah dosa melawan Roh Kudus. Dan dalam kaca mata Paus Fransiskus, dosa yang tak bisa diampuni adalah dosa ekologis karena sifatnya yang tidak personal.
Uskup Maksi mengungkapkan ini saat memberikan sambutan pada kegiatan penanaman terumbu karang yang berlangsung di perairan Binongko, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (mabar), Jumad (25/10/2024).
Mengutip Paus Fransiskus, Uskup Maksi menyatakan bahwa dosa ekologis adalah dosa yang sangat serius. Karena itu, semua orang mesti mulai menanamkan satu budaya, satu pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif dalam upaya melestarikan alam dan lingkungan.
“ Tugas kita semua adalah menjaga alam ini,” ujar Uskup Maksi yang akan dithabiskan menjadi uskup pada tanggal 1 Nopember 2024 mendatang.
Menurut Uskup Maksi, kegiatan penanaman terumbu karang merupakan sebuah upaya merawat, melestarikan serta menjaga ekologis terutama bagi generasi masa depan. Ia mengajak kaum muda terutama para pelajar untuk mulai menumbuhkan cita rasa ekologis dengan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang bernuansa ekologis.
“ Karena kita selalu yakin bahwa hidup ini adalah titipan dari generasi masa depan kepada kita,” ujar mantan Rektor Unika St, Paulus Ruteng.
Uskup Maksi juga menyatakan bahwa dunia ini adalah milik generasi muda dan kita semua bertanggungjawab untuk merawatnya. Cita rasa ekologis harus menjadi hal yang sangat penting. Untuk itu, ia mengajak kaum muda dan semua orang untuk mulai berpikir bagaimana kegiatan-kegiatan seperti ini (penanaman terumbu karang) menjadi bagian dari aktivitas pariwisata.
Bukan kegiatan yang kegitan merupakan akibat dari pariwisata itu seperti laut tercemar dan sebagainya tapi perlu dipikirkan juga kegiatan sebagai bagian dari pariwisata yang menawarkan kepada semua tamu yang datang dan kunjung ke Labuan Bajo seperti pergi menanam terumbu karang. Ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata.
Menurut Uskup Maksi, masalah ekologi sudah menjadi salah satu keprihatinan bersama. Apalgi, kata Uskup, Pulau Flores bukanlah pulau yang besar melainkan sebuah pulau yang kecil tetapi sudah dikepung oleh berbagai macam mekanisme kerusakan lingkungan di mana Pulau Flores tidak akan bertahan setengah abad lagi dari sekarang.
“ Untuk itu tugas kita adalah membuat satu barisan dan pelopor keselamatan alam dan ekologis untuk memastikan bahwa Flores dan pulau-pulau kecil lainnya, bisa abadi sebagaimana keselamatan Tuhan itu abadi sifatnya,” tambah Uskup Maks.
Sementara itu, Suryanto mewakili Komunitas Panti Asuhan Binongko mengapresiasi kegiatan rehabiblitasi termbu karang yang di laksanakan di pesisir Pantai Binongko.
“Kegiatan ini sangat positif dan kiranya terus dilanjutkan atau menjadi agenda kebersamaan kita,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa kegiatan penanaman terumbu karang merupakan langkah positif karena selama ini kita hanya menikmati hasil laut tanpa memperdulikan ekosistem keberlanjutan.
“ Kami sebagai penghuni ditempat ini bersama para suster merasa bersuka cita atas kebersamaan ini. Kami beterima kasih karena anak-anak di panti ini dilibatkan dalam kegiatan ini,” ujarnya.
Dalam kegiatan rehabilitasi terumbu karang di perairan Binongko ini dihadiri Uskup Maksimus didampingi Vikep Labuan Bajo, RD Richardus Manggu, para imam, biarawan-biarawati serta siswa/i SMK Stella Maris Labuan Bajo, SMKN 3 Komodo, SMP Arnoldus, SMAK St. Ignasius Loyola, KSOP Labuan Bajo, Polairud Mabar dan Danlanal Labuan Bajo. [vin/fg]