PARIWISATA

BLU PPKK dan BPOLBF Perkuat Kerjasama Berkelanjutan

FLORESGENUINE.com- Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (BLU PPKK) mengadakan kunjungan kerja sekaligus studi banding ke Labuan Bajo, Kamis pekan lalu.

Kunjungan ini bertujuan berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan kawasan secara efektif dan efisien di mana Labuan Bajo sebagai salah satu  Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).

Direktur Utama Pusat Pengelolaan Kawasan Kemayoran, Medi Kristanto menjelaskan, daerah atau kawasan Kemayoran dibangun sebagai contoh pusat rekreasi yang suistainable atau berkelanjutan. Pembangunan kawasan dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan keseimbangan ekologi.

Ia mencontohkan, pihaknya diberi akses untuk mengelola kawasan seluas 450 hektar yang merupakan bekas bandara internasional yang kini dikelola untuk mewujudkan kawasan smart city di DKI Jakarta.

BACA JUGA:  Jelajahi Keindahan Alam Bawa Laut Taman Nasional Komodo

“ Kawasan ini menjadi bagian ruang terbuka hijau Kemayoran,” kata Medi.

Medi Kristanto berharap, ke depan, pihaknya akan membangun kerjasama demi memperkuat jaringan dengan membentuk semacam grup atau forum antara BLU PPK dengan BPOLBF. Kegiatan studi banding ini juga dalam rangka memperkuat jaringan dan kerja sama antar pengelola kawasan di Indonesia.

Dia berharap, setiap kawasan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi maksimal bagi perkembangan kawasan dengan pembentukan group atau forum direksi antar BLU PPKK dan BPOLBF.

Wadah ini nantinya bisa saling sharing ataupun berdiksusi mengenai sistem pengelolaan kawasan yang efektif dan suistainable bukan hanya untuk kawasan wisata di destinasi prioritas Labuan Bajo tetapi mencakup ke lima DSP lainnya yaitu Borobudur, Likupang, Danau Toba dan Mandalika.

BACA JUGA:  Mgr Paulus Budi Kleden, SVD : Pariwisata Religi Tidak Semata Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan destinasi baru Parapuar. (foto : Kornelis Rahalaka/Floresgenuine)

Sementara itu, Direktur Destinasi Pariwisata BPOLBF, Konstant M Nandus. Konstant menyebutkan, BPOLBF sedang menerapkan sistem pembangunan berkelanjutan di Kawasan Parapuar. BPOLBF telah diberi mandat untuk mengelola kawasan seluas 400 hektar di Parapuar. BPOLBF juga telah mendapat Sertifikat Hak Pengelolaan Lahan (HPL) seluas 129,60 Ha, sehingga kawasan ini secara legalitas sudah clean and clear dan peluang investasi sangat terbuka untuk para investor baik asing, nasional, maupun, lokal.

Dia menjelaskan, diatas kawasan HPL seluas 129,60 hektar ini, akan dibangun sejumlah fasilitas pariwisata. Namun, dari luas tersebut, hanya sekitar 20,05% yang akan dimanfaatkan. Kawasan ini akan dijadikan sebagai salah satu destinasi pariwisata terpadu dan suistainable. Pengelolaan kawasan ini akan disesuaikan dengan masterplan kawasan kini masih dalam proses review.

Menurut Konstant, pembangunan Parapuar akan mengedepankan konsep harmoni dengan alam atau yang dikenal dengan 3ECNC (Etno – Eco – Edu – Culture & Nature Conservation). Pengembangan destinasi di Parapuar juga akan didasari pada asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya dan sosial masyarakat. Atraksi di Parapuar dapat berupa atraksi alam, sosial, budaya dan buatan dengan mengedepankan asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat. [kis/fg]

BACA JUGA:  Menemukan Model Pengembangan Ekowisata Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button