Membayangkan betapa luhurnya nenek moyang kita menciptakan satu konsep desain kain tenun dengan motifnya yang memiliki makna filosofi budaya sangat tinggi. Seperti warna hitam pada kain tenun songke melambangkan keagungan. Sementara, motif wela kaweng menerjemahkan hubungan simbiotik mutualisme yang harmonis antara kehidupan orang Manggarai dengan alam sekitarnya.
Ada pula motif ranggong atau sarang laba-laba menggambarkan ketekunan, kerja keras, keuletan orang Manggarai dalam merajut benang-benang perjalanan hidup mencapai puncak kebahagiaan. Hal ini terkait dengan bentuk struktur rumah adat Manggarai dan konsep pembagian lahan pertanian Manggarai yang berbentuk jaring laba-laba (spider web).
Motif jok pada kain songke Manggarai yang tergambar dalam bentuk rumah adat Manggarai yang tinggi menjulang, melukiskan hubungan manusia yang erat dengan penciptanya serta gambaran persatuan, kebersamaan dan persaudaraan yang sangat kuat antar sesama warga Manggarai. Maka jangan heran jika nilai-nilai persatuan dan solidaritas orang Manggarai terus hidup hingga mereka hidup di tanah rantauan.
Sedangkan motif ntala songke Manggarai melukiskan ungkapan doa yang kerap dilantunkan oleh –orang-orang tua bagi anak-anak mereka guna meraih cita-cita yang tinggi. “Langkas haeng ntala, uwa haeng wulang” merupakan suatu frasa yang seringkali dilantunkan oleh orang-orang tua Manggarai sebagai ekspresi doa sekaligus harapan mereka bagi sang anak dalam meraih mimpi-mimpinya yang langit, setinggi langit dan bulan.
Orang-orang Manggarai juga mengenal motif mata manuk, motif kain tenun Manggarai yang memiliki nilai spirituil yang tinggi. Manuk adalah hewan yang sering digunakan sebagai masyarakat Manggarai dalam setiap upacara adat terutama acara teing hang yakni ritual memberi sesajen atau makan bagi para leluhur. Ayam juga merupakan hewan persembahan keluarga anak wina atau keluarga perempuan yang telah berumah tangga kepada keluarga anak rona atau pihak saudara laki-laki dalam tradisi adat Manggarai.
Motif mata manuk juga mengandung simbol ketajaman dalam berpikir dan melihat setiap peristiwa kehidupan yang berhubungan dengan manusia maupun alam lingkungan terutama membawa pesan sukacita dan damai sejahtra atau keburukan dan kesesatan. Mata manuk juga sebagai pengingat alarm alam bahwa hari menjelang siang yang segera muncul sang mentari yang akan menyinari bumi.
Keluhuran nilai filosofi motif tenun ikat Manggarai senantiasa mendorong orang-orang Manggarai untuk senantiasa menjaga keaslian dan nilai luhur dibaliknya. Merubah motif tanun ikat Manggarai sesuka hati atau sekedar mengikuti selera pasat sesaat adalah penyesatan dan bahkan dapat berujung pada pelanggaran tata adat setempat. Karena motif tenun Manggarai adalah identitas budaya dan warisan budaya dari para leluhur yang mesti terus dijaga dan dilestarikan.
Menghargai karya cipta leluhur merupakan bagian dari pengamalan nilai menghargai identitas dan jati diri orang Manggarai. Sekaligus karya luhur ini merupakan bagian kekayaan intelektual orang-orang Manggarai.
Karena itu, memperjuangkan perlindungan hukum terhadap karya cipta budaya leluhur sehingga tidak mudah diklaim oleh suku bangsa lain adalah sebuah kewajiban bagi semua orang Manggarai di mana saja berada.*