
FLORES GENUINE – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia tengah merencanakan pembangunan kampung nelayan tradisional Warloka Pesisir di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) menjadi kampung nelayan modern terintegrasi.
Kampung nelayan modern adalah simbol transformasi wilayah pesisir. Transformasi ruang hidup dan ruang sosial nelayan yang akan memadukan tradisi dengan teknologi serta guna menciptakan komunitas yang berkelanjutan dan makmur. Program ini diharapkan agar nelayan Indonesia melangkah ke masa depan yang lebih baik dan sejahtra.
Kampung nelayan modern merupakan program yang mentransformasikan ruang hidup dan ruang sosial nelayan menjadi lebih baik dan lebih berkembang dengan seluruh dimensinya melalui pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui social engineering.
Studi awal menunjukkan bahwa profesi nelayan Warloka sebanyak 250 orang dari jumlah penduduk 263 orang. Sementara itu, ketersediaan dan sttaus lahan sesuai usulan kebutuhan yakni berada dalam satu kawasan dengan posisi lahan dekat dengan pantai dan berstatus milik desa. Sedangkan potensi sentra produksi perikanan tercatat: Gurita mencapai 3.324 kg/bulan dan ikan 24.445 kg/bulan.
Terdapat sebanyak 81 kapal yang terdiri dari <1 GT sebanyak 27 unit, 2-4 GT sebanyak 46 unit dan 5-7 GT sebanyak 8 unit. Sementara, sikap dan keterimaan masyarakat disebutkan bahwa masyarakat sangat mendukung program serta tidak melanggar norma sosial.
Data menunjukkan pendapatan usaha perikanan untuk kapal pancing mencapai Rp 4,1 juta – 38,4 juta/bulan. Kapal bagan mencapai Rp30,4 juta – 35,5 juta/bulan. Sedangkan para nelayan menggunakan alat pancing untuk gurita sebanyak 22 unit, pancing ikan sebanyak 73 unit, Gillnet sebanyak 16 unit, bagan sebanyak 5 unit dan penangkap udang sebanyak 26 unit. Adapun potensi terletak di 2 DPI : WPP 573 dan 713 (SDI potensial).
Potensi juga meliputi pasar baik wisatawan lokal dan asing dengan lokasi strategis dekat dengan Labuan Bajo dengan akses jalan yang baik. Warloka juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata bahari. Namun, wilayah Warloka belum memiliki fasilitas pendaratan dan pemasaran ikan seperti pabrik es, tambatan perahu yang masih dalam kondisi rusak serta kondisi pasar yang tidak layak dan beberapa fasilitas lainnya yang masih belum tersedia.
Dalam site plan dan rencana kegiatan dan anggaran untuk mewujudkan kampung nelayan modern Warloka Pesisir, Kementerian KKP telah menganggarkan total dana mencapai Rp 20 miliar. Anggaran meliputi persiapan, perlengapan pendukung, serta system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebasar Rp. 1 miliar.
Anggaran untuk tambatan perahu sebesar Rp 1.9 miliar.Track mangrove sebesar Rp 2.2 M. Landscaping Rp. 1.8 M. Levelling lahan Rp. 4.01 M. Sentra kuliner Rp. 867 juta. Pabrik Es Rp. 1.5 M. Shelter pendaratan ikan Rp 41 juta. Kios perbekalan dan bengkel Rp. 300 juta. Bangunan kantor pengelola Rp. 240 juta.
Untuk bangunan pasar ikan dialokasikan sebesar Rp. 429 juta. Bangunan toilet, Rp. 244 juta. TPS sebesar Rp. 15 juta. Pos Pokmaswas sebesar Rp. 211 juta.SPBUN sebesar Rp. 1.5 M. Balai pelatihan sebesar Rp. 209 juta. Bangunan instalasi air bersih sebesar Rp. 1.2 M dan IPAL bangunan pendingin sebesar Rp. 72 juta. Ada pun bantuan pendukung antara lain Sarpras koperasi sebesar Rp 600 juta dan bantuan API paket sebesar Rp. 75 juta serta bantuan kapal < 3GT.
Sementara itu, timeline pembanguna kampung nelayan modern Warloka Pesisir direncanakan akan dimulai pada bulan Maret – Agustus 2025 atau 180 hari dan peresmian akan berlangsung pada September 2025. *[Sumber: Kementraian KKP RI]