BUDAYA

Mgr. Maksimus Regus : Manusia Hanyalah Butiran Debu

FLORES GENUINE – Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus mengatakan bahwa manusia hanyalah butiran debu. Manusia berasal dari debu dan akan kembali kepada debu. Namun, manusia akan bernilai di hadapan Allah kalau ia bertobat. Uskup Maksi menyampaikan hal ini saat perayaan misa Rabu Abu yang digelar di Gereja Katerdal Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, Rabu (5/3/2025).

Uskup Maksi menyatakan bahwa belas kasih dan kerahiman Allah tidak terbatas bagi siapa pun yang mau kembali kepada-Nya dengan niat hati yang jujur dan tulus.

“ Tanda salib abu pada dahi bukan sekadar cap unik yang diperlihatkan kepada orang lain, melainkan simbol pembaharuan diri di hadapan Allah, sang sumber kasih dan keselamatan,” ucapnya.

Menurut Uskup Maksi, Rabu Abu merupakan awal masa puasa. Seturut tradisi kristen, permulaan masa puasa ditandai dengan pengolesan abu pada dahi setiap orang beriman kristiani sebagai lambang kehinaan, kerapuhan dan kelemahan manusiawi di hadapan Allah.

BACA JUGA:  Adventus: Momentum Membaharui Harapan

Dia mengajak umat Katolik untuk membangun sikap tobat. Di mana tobat merupakan jalan untuk kembali ke dalam diri melalui sikap matiraga dan jalan ke luar dari diri melalui tindakan amal kasih kepada sesama.

“ Saya mengajak kita merenungkan tiga dimensi penting dalam hidup iman kita yang semuanya dimulai dengan huruf “P” yakni pertobatan, pengendalian diri dan perbuatan kasih,” ungkapnya.

Ketiga aspek ini, sebut Uskup Maksi yang menuntun kita untuk menghayati masa tobat ini dengan lebih mendalam dan bermakna.

Pertama, pertobatan berarti kembali kepada Tuhan dengan hati yang tulus. Nabi Yoel dalam bacaan pertama menyerukan, “Berbaliklah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh” (Yl. 2:12). Pertobatan sejati bukan sekadar ucapan di bibir atau ritual kosong, tetapi suatu perubahan hati yang mendalam.

Sering kali kita menunda pertobatan dengan alasan belum siap atau masih ingin menikmati kenyamanan duniawi. Namun, Santo Paulus dalam bacaan kedua menegaskan, “Waktu ini adalah waktu perkenanan itu; hari ini adalah hari penyelamatan itu” (2Kor. 6:2). Tidak ada waktu yang lebih baik untuk bertobat selain sekarang.

BACA JUGA:  Orang Muda, Jadilah Terang bagi Bangsa-Bangsa

Kedua, pengendalian diri yakni menaklukkan diri demi hidup yang lebih bermakna. Injil hari ini berbicara tentang puasa, doa, dan sedekah yang dilakukan dengan tulus, bukan untuk pamer atau mencari pujian. Yesus mengingatkan kita, “Janganlah kalian berpuasa seperti orang munafik” (Mat. 6:16). Pengendalian diri adalah kunci dalam masa tobat ini. Kita hidup di dunia yang menawarkan banyak kesenangan instan, yang seringkali membuat kita sulit mengendalikan diri. Prapaskah mengajarkan kita bahwa menahan diri bukanlah kehilangan, tetapi justru menemukan kembali jati diri sejati kita sebagai anak-anak Allah. Puasa bukan hanya tentang mengurangi makanan, tetapi lebih luas lagi, tentang melepaskan segala yang menguasai kita: kemarahan, kesombongan, kecanduan, atau kebiasaan buruk lainnya.

BACA JUGA:  Tahun Yubileum 2025 adalah Tanda Pengharapan di Tengah Kegelisahan Manusia

Ketiga, perbuatan kasih yakni menyatakan iman dalam tindakan nyata. Pertobatan dan pengendalian diri tanpa diwujudkan dalam perbuatan kasih adalah sia-sia. Prapaskah bukan hanya tentang “tidak melakukan yang jahat,” tetapi juga tentang “melakukan yang baik.” Yesus mengajarkan bahwa sedekah harus dilakukan dalam kesunyian, bukan untuk pamer (Mat. 6:3-4).

Hal ini mengingatkan kita bahwa kasih sejati tidak mencari pengakuan, melainkan dilakukan dengan tulus demi kebaikan sesama.

“ Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk lebih peka terhadap penderitaan orang lain. Memberi kepada yang kekurangan, mengunjungi yang sakit, menghibur yang berduka, dan mengampuni yang bersalah kepada kita. Inilah bentuk nyata dari iman yang hidup,”tandas Uskup.

Menurut Mgr. Maksi abu yang diterima oleh umat beriman kristiani bukan sekedar tanda lahiriah, tetapi benar-benar menjadi tanda perubahan hati menuju hidup yang lebih dekat dengan Tuhan. * [vin/fgc]

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button