FLORES GENUINE – Di kaki Golo Koe yang suci, dalam terang ziarah bersama Bunda Maria, Sang Ibu Segala Bangsa, kita menyaksikan bahwa persatuan bukanlah kata indah di kertas tetapi napas yang menghidupkan langkah kita bersama.
Uskup Labuan Bajo, Mgr Maksimus Regus menyampaikan bahwa Festival Golo Koe 2025 telah dilalui dengan hati penuh sukacita dan syukur.
“ Kita telah menenun hari-hari ini dengan benang sukacita, warna-warni kebersamaan dan motif persaudaraan yang kuat,” ujarnya.
Festival ini bukan sekadar perayaan budaya dan keindahan, tetapi juga wujud nyata merajut kebangsaan, mempererat persaudaraan lintas suku, agama dan budaya serta komitmen bersama membangun pariwisata yang berkelanjutan, sinodal dan inklusif.
Mengusung tema : “Merajut Kebangsaan dan Pariwisata Berkelanjutan yang Sinodal dan Inklusif”, mengajak kita untuk tidak hanya menikmati kekayaan alam dan warisan budaya tetapi juga merawatnya dengan tanggung jawab.
Sinodal berarti kita berjalan bersama pemerintah, gereja, masyarakat sipil, pelaku usaha, komunitas adat dan generasi muda dalam mendengar, berdialog dan bertindak demi masa depan yang kita dambakan. Inklusif berarti tidak ada yang tertinggal. Setiap orang, tanpa memandang latar belakang, memiliki tempat, suara dan peran dalam membangun Manggarai Barat sebagai rumah bersama.
Merajut kebangsaan berarti merawat tenunan Bhinneka Tunggal Ika agar tak koyak oleh perbedaan. Pariwisata berkelanjutan berarti menjaga agar keindahan bumi dan laut kita tidak tergerus keserakahan, tetapi lestari bagi anak cucu. Sinodal dan inklusif berarti berjalan bersama, saling mendengar, saling menopang, memastikan tak ada suara yang diabaikan, tak ada hati yang tersisih.
Melalui festival ini, kita belajar bahwa pariwisata yang sejati bukanlah sekadar mendatangkan wisatawan, tetapi mengundang dunia untuk ikut merawat dan menghargai alam, budaya dan manusia.
“ Kita percaya bahwa keberlanjutan tidak lahir dari kebijakan saja, tetapi dari hati yang mau menjaga dan tangan yang mau bekerja sama,” ucapnya.
Festival Golo Koe 2025 bukan sekadar tontonan; ia adalah pernyataan iman dan cinta tanah air. Ia menyatukan peziarah dan wisatawan, warga lokal dan tamu dari jauh, seni tradisi dan inovasi modern, semua berpadu dalam harmoni yang menyegarkan jiwa. Dari sini kita belajar bahwa kemajuan bukan hanya membangun jalan, dermaga dan hotel; tetapi juga membangun karakter, martabat, dan kasih yang tak lekang oleh waktu.
Festival ini membuktikan bahwa orang-orang Manggarai Raya bukan orang bisu yang tidak bisa berkata-kata tentang haknya menikmati keindahan yang ada di rahimnya sendiri. Festival Golo Koe sedang memperdengarkan ke seluruh dunia bahwa kita bukan manusia yang tidak bisa melakukan sesuatu yang bermakna untuk masa depan. Festival Golo Koe adalah bagian yang sangat mendasar dari proses mempertahankan “martabat lokal” (local dignity) yang tidak dapat ditukar dengan apapun.
Melalui festival ini kita diajak untuk melihat Labuan Bajo dan Manggarai Barat bukan hanya sebagai destinasi dunia, tetapi juga rumah bersama yang harus kita jaga. Seperti anyaman bambu yang kokoh karena setiap bilahnya saling menguatkan, begitu pula negeri ini akan kuat jika kita terus merajut kebersamaan. Ekologis adalah salah satu ciri kuat identitas kultural manusia Manggarai Raya (Flores pada umumnya). Karena itu, secara genetika kultural, kita pasti akan berbenturan dengan hasrat-hasrat yang mengancam keberlangsungan lingkungan.
Semoga dari Golo Koe, doa kita mengalir seperti sungai yang memberi hidup, menguatkan persaudaraan, menumbuhkan pariwisata yang bermartabat dan menyalakan harapan bagi masa depan Manggarai Barat yang lestari, inklusif dan penuh damai. *[red/fgc]
