PARIWISATA

Kisah Turis Spanyol, antara Impian dan Kenyataan

Martin Meo Toda [Labuan Bajo]

Setelah berlayar sekitar dua jam perjalanan dari pelabuan Labuan Bajo, Kamis pekan lalu, saya bersama rombongan wisatawan dari beberapa negara akhirnya menapakkan kaki di Pulau Padar. Sebuah pulau mungil di dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) yang tersohor berkat panorama alamnya yang menakjubkan.

Perjalanan wisata kali ini terasa menyenangkan, ditengah cuaca yang sungguh bersahabat. Arus dan gelombang laut di perairan Batu Tiga yang biasanya tak bersahabat, kali ini keadaannya boleh dibilang cukup teduh dan tenang. Kapal kayu yang kami tumpangi pun melintas dengan mulus hingga merapat di sebuah dermaga yang terletak di teluk Padar.

Raut wajah para bule tampak riang ketika anak buah kapal membuang jangkar ke dasar laut pertanda kapal telah tiba dengan selamat. Para tamu asing lalu turun satu persatu di atas dermaga yang berlantaikan papan. Sebagian wisatawan langsung mengabadikan setiap momen dan keindahan alam Pulau Padar.

Sebelum trekking ke puncak, kami harus berkumpul di pos jaga di bawah kaki bukit untuk mendapatkan penjelasan dari petugas jaga mengenai tata tertib dan aturan yang wajib ditaati oleh setiap pengunjung sebelum melakukan perjalanan. Wisatawan dilarang membuang sampah sembarangan, membuang puntung rokok karena dapat menyebabkan kebakaran hutan dan padang savana serta dilarang melakukan aktivitas yang dapat membahayakan diri sendiri, sesama dan lingkungan.

BACA JUGA:  Menparekraf Kunjungan Kerja di Labuan Bajo

Usai memberikan breaving, kami dipersilakan untuk memulai perjalanan menuju puncak bukit. Untuk mencapai puncak Padar, rombongan harus berjalan kaki melewati sejumlah rest area yang telah ditata untuk para wisatawan mengabadikan panorama alam atau selfi dan foto bersama.

Tiba di puncak bukit, Mr. William seorang wisatawan asal Spanyol tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Pulau berpasir putih dintari teluk-teluk berpasir putih nan mempesona. Ia kagum dan tak menyangka jika ia sampai di tempat seindah ini yang bagi dia, tak pernah ia temukan di belahan dunia lain di mana pun juga.

Ia pun berceritra tentang kisah masa kecilnya, saat ia duduk di bangku sekolah dasar (SD). Mr. William lantas berceritra bahwa waktu ia masih duduk di bangku SD, ia bersama teman-teman sekelas pernah diminta oleh guru untuk menggambar atau melukis tentang apa saja sesuai imajinasi mereka.

Mr William kecil memilih melukis sebuah pulau dengan panorama alam yang indah permai. Usai gambar itu dinilai oleh gurunya, Mr. William mendapatkan nilai 9. Sang guru pun berpesan agar para muridnya menyimpan baik-baik gambar atau lukisan yang mereka kerjakan. Guru itu berpesan agar pada suatu waktu murid-muridnya dapat mencari dan menemukan panorama alam yang mirip atau sama dengan yang mereka lukiskan.

BACA JUGA:  Pengembangan Pariwisata Flores, Mengurangi Ketimpangan di Nusa Tenggara

Wajah Mr.William tampak heran dan terkagum-kagum menyaksikan alam Pulau Padar. Ia tak pernah menyangka bahwa panorama alam yang pernah ia impikan (lukiskan) itu, kini jadi kenyataan. Setidak-tidaknya bagi Mr. William, panorama alam Pulau Padar sangat mirip dengan lukisan yang pernah ia buat saat duduk dibangku sekolah dasar kurang lebih 60 tahun silam. Maklum, kini usia Mr.William meninjak 65 tahun.

Keindahan alam Pulau Padar boleh dibilang tak ada duanya di dunia. Pulau mungil berpanorama indah ini memiliki lekukan-lekukan teluk yang pesona dengan tiga warna pasir yang berbeda yakni putih, hitam dan pink.

Ratusan tahun lalu, pulau ini terkenal karena keunikan dan keangkerannya. Para nelayan hampir tak pernah datang ke pulau ini. Namun, belakangan pulau ini menjadi daya tarik tersendiri. Ia menjadi magnet bagi ribuan wisatawan dalam dan luar negeri untuk berkunjung ke sini. Tak heran, Pulau Padar termasuk salah satu pulau terindah di dunia dan menjadi destinasi favorit bagi para wisatawan.

Pada musim tertentu, Pulau Padar dijejali banyak wisatawan. Mereka terpaksa rela berdesak-desakkan menuju puncak untuk sekedar menikmati sunrise di pagi hari atau sunset di waktu senja. Di atas puncak, para wisatawan dapat menikmati panorama alam yang pesona dengan puluhan kapal wisata yang berjejer mengintari bibir pantai berpasir putih.

BACA JUGA:  Menteri Sandiaga : Jumlah Kunjungan Wisatawan Melampaui Target

Pulau Padar memang menawarkan panorama alam yang tiada taranya. Di pulau ini masih ditemukan rusa dan babi hutan namun sayang binatang purba Komodo dikabarkan sudah punah di pulau ini. Padahal, dulu komodo disebut-sebut pernah hidup di pulau ini.Sebab musebab kepunahan komodo tak diketahui secara pasti.

Keindahan dan keterpesonaan Pulau Padar perlu dijaga dan dilestarikan. Tapi ia juga perlu diperhatikan secara serius oleh para pemangku kebijakan. Sejumlah infrastruktur yang dibangun di pulau ini sudah mulai rusak sehingga butuh diperbaiki. Seperti dermaga kayu, tempat berlabuh kapal-kapal wisata.

Sebab, jika pasang surut, kapal wisata akan sulit merapat ke bibir pantai atau ke dermaga lantaran posisi dermaga sulit terjangkau. Demikian pula dengan jalur trekking yang sempit sehingga perlu didesain dengan membaginya atas dua jalur yakni jalur mendaki dan jalur turun atau pulang. Semua itu tentu demi menjamin kenyamanan dan keamanan bagi para wisatawan.*

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button