FLORESGENUINE.com- Dampak pemanasan global kian nyata. Krisis air bersih akibat kebakaran hutan dan penebangan liar, kemarau panjang yang memicu berkurangnya debit air adalah ancaman nyata krisis ekologis yang kian dirasakan oleh umat manusia di seluruh muka bumi.
Menyikapi berbagai krisis ekologis tersebut, Gereja Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Labuan Bajo, mengimbau masyarakat dan seluruh umat Allah untuk bergerak bersama menyelamatkan lingkungan melalui berbagai upaya guna menanggulangi krisis ekologis yang dihadapi oleh umat manusia, kini dan ke depan.
Salah satu upaya yang dilakukan yakni penanaman pohon di lokasi mata air, seperti yang dilakukan oleh dua Pemimpin Gereja Katolik di Keuskupan Ruteng dan Keuskupan baru Labuan Bajo. Kegiatan penanaman pohon ini sebagai bagian dari upaya untuk menjaga, merawat dan melestarikan sumber-sumber mata air di wilayah ini.
Sekretaris Panitia Festival Golo Koe, Vitalis Jelanu kepada Floresgenuine menjelaskan, kegiatan penanaman pohon diadakan di dua mata air di kota Labuan Bajo yaitu mata air Wae Sambi dan Wae Mata.
Kegiatan yang berlangsung pada Selasa (13/8/2024) ini, merupakan salah satu agenda dari rangkaian Festival Golo Koe yang telah dimulai pada tanggal 10 Agustus 2024 dan akan mencapai puncaknya pada tanggal 15 Agustus 2024 mendatang.
Vitalis Jelanu menyebutkan, kegiatan penanaman pohon ini diikuti dua uskup yaitu Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, Pr dan Uskup terpilih Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Max Regus, Pr.
Sementara itu, jenis bibit pohon yang ditanam antara lain, pohon marbau, jabon, sengon, jambu merah kristal dan bibit sirsak. Semua bibit pohon berasal dari Pusat Persemaian Modern di Nggorang.
“ Kami bekerjasama dengan pimpinan pusat persemaian modern sebagai penyedia bibit tanaman. Sedikitnya ada dua jenis bibit pohon yang dapat menghasilkan buah bernilai ekonomis,” ujar Vitalis.
Menurut informasi, total bibit pohon yang sudah ditanam dan tersebar di wilayah Keuskupan Ruteng dan Labuan Bajo telah mencapai lebih dari 400 jenis pohon. Bibit-bibit tanaman tersebut telah tersebar dan ditanam di banyak paroki se-Keuskupan Ruteng dan Labuan Bajo yang meliputi tiga wilayah kabupaten yakni Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat.
Vitalis mengatakan, mungkin sebagian orang menganggap bahwa kegiatan penanaman pohon tak berdampak banyak atau tak berarti karena hanya melibatkan sedikit orang. Namun, kegiatan ini harus harus terus dilakukan sebagai gerakan bersama seluruh umat atau masyarakat guna mengurangi dampak krisis ekologis yang kian dirasakan oleh umat manusia.
Apalagi, sebut Vitalis, Labuan Bajo, Manggarai Barat adalah daerah tujuan pariwisata internasional. Tentu saja, kehadiran pariwisata selain membawa dampak posisitf bagi peningkatan perekonomian masyarakat serentak membawah dampak negatif seperti sampah dan kerusakan ekosistem di wilayah ini. Semua orang mesti punya kesadaran bersama untuk secara bahu membahu mengatasi krisis ekolgis ini.
“ Jika lingkungan bersih dan lestari, maka wisatawan tentu akan banyak yang datang ke Labuan Bajo. Dampak ekonomi dan kesejahtraan masyarakat pun akan meningkat. Karena itu, lingkungan harus dijaga dan dirawat dengan baik,” ujarnya. [kis/fg]