FLORESGENUINE.com- Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo, Flores (BPOLBF) menggelar rapat sinkronisasi penajaman masterplan dan rencana strategi bisnis Parapuar di Jakarta, Minggu (26/5/2024).
Dalam rapat ini membahas beberapa poin antara lain; penyampaian progres reviu, penajaman dan sinkronisasi substansi penyusunan rencana induk kepariwisataan, masterplan, rencana induk arsitektur dan rencana strategi bisnis di area HPL seluas 129, 60 hektar.
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh menjelaskan, penajaman beberapa dokumen diperlukan guna mendukung visi keberlanjutan etno-eco-edu-culture & nature conservation dalam upaya pengembangan kawasan Parapuar.
“Konsep keberlanjutan adalah poin utama yang harus dimunculkan dan lebih dipertajam pada masterplan dan rencana bisnis Parapuar, baik keberlanjutan dari segi budaya, kearifan lokal, lingkungan maupun korelasi ekonomi dan sosial yang berimplikasi secara teknis pada pengembangan,” ungkap Frans.
Artinya, masterplan Parapuar mengusung konsep etno-eco-edu-culture & nature conservation yang berbasis pada pola ruang gendang one, lingko pe’ang. Selain itu, langgem arsitektur juga mesti menampilkan kekhasan lokal dalam bentuk bangunan maupun desain arsitektur sehingga dapat menciptakan ruang yang merefleksikan keindahan dan identitas budaya di 11 Kabupaten koordinatif secara umum maupun budaya Manggarai secara khusus.
Filosofi gendang one lingko pe’ang sendiri merupakan ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur. Ruang ini secara umum mencakup lima bagian yaitu Kampung (Beo Bate Elor/ Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru Bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat/ Lingko), dan Sumber Air (Wae Bate Teku). Kelima unsur ini merupakan suatu kesatuan yang memberi makna bagi seluruh kehidupan masyarakat Manggarai.
Menurut Frans, pengembangan Parapuar harus mampu memberi distribusi pertumbuhan ekonomi pada 11 kabupaten koordinatif BPOLBF yang meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sika, Lembata, Alor, Flores Timur dan 2 kecamatan di Bima, Nusa Tenggara Barat.
Dia menjelaskan bahwa rencana induk kepariwisataan mesti memberikan concern terkait pengembangan pariwisata di 11 kabupaten koordinatif. Targetnya adalah pengembangan kawasan pariwisata Parapuar dan Labuan Bajo bisa memberikan distribusi ekonomi baik secara nasional maupun kedaerahan, khususnya di 11 kabupaten koordinatif BPOLBF.
Sebagai destinasi dengan basis alam dan budaya, Parapuar akan bergerak secara terukur ke quality tourism dan bukan mass tourism. Itu berarti, positioning pengembangan Parapuar dari segi rencana pengembangan dan model bisnis harus memiliki karakter unik dan berdaya jual tinggi sehingga Parapuar dapat memberikan pengalaman yang berbeda dari destinasi wisata yang sudah berkembang secara organik di Labuan Bajo Flores. Parapuar sebagai destinasi dengan basis alam dan budaya akan bergerak secara terukur ke quality tourism dan bukan mass tourism.
Mendukung visi besar ini, beberapa catatan berkaitan dengan rencana jangka panjang seperti sistem transportasi terpadu berbasis energi baru terbarukan guna menjadikan kawasan Parapuar sebagai destinasi yang ramah lingkungan, pengaturan flow pengunjung dan carying capacity kawasan dengan sentralisasi parkir serta pengaturan visitor management untuk penerapan do and don’ts bagi wisatawan.[kis/fg]