PARIWISATA

Wakil Gubernur NTT : Wisatawan Jangan Hanya Menumpuk di Labuan Bajo

FLORES GENUINE – Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Timur (NTT) Johni Asadoma menyatakan bahwa pariwisata di daerah ini perlu dioptimalisasikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Namun pengembangan pariwisata harus menyeluruh agar wisatawan jangan hanya menumpuk di Labuan Bajo.

Wagub Asadoma mengungkapkan ini dalam rapat koordinasi bersama Pemerintah Manggarai Barat, yang membahas kontribusi pariwisata terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi NTT yang berlangsung di InJourney Tourism Development Corporation (ITDC) Golo Mori, Kamis pekan lalu.

Asadoma berkata, sektor pariwisata berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Namun, pengelolaan pariwisata harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak hanya terpusat di Labuan Bajo tetapi harus mencakup seluruh wilayah.

Sementara itu, Sekda Manggarai Barat, Frans Sales Sodo menyebutkan, dalam empat tahun terakhir ini proporsi terbesar PAD berasal dari pajak hotel, pajak restoran dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BACA JUGA:  BPOLBF Kukuhkan Satgas Nataru, Pastikan Kesiagaan Wisata Akhir Tahun

“ Kontribusi ketiga sektor ini lebih dari enam puluh persen,“ujarnya.

Frans Sodo menerangkan bahwa daya tarik wisata telah membantu mendorong peningkatan PAD) Manggarai Barat. Karena itu, pemerintah terus mendorong investasi masuk ke wilayah ini guna meningkatkan pendapatan dan retribusi daerah dengan menyediakan figurasi guna menjamin kepastian hukum dan kemudahan pelayanan perizinan serta pemberian  insentif fiskal pajak daerah bagi pelaku usaha.

Data jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2022 hingga tahun 2024 yakni 411,399 orang. Dari jumlah tersebut, jumlah kunjungan ke Taman Nasional Komodo (TNK) mencapai 334.000 pengunjung sedangkan di jumlah kunjungan di luar TNK pada periode 2024 sebesar 77.000 orang.

Sedangkan data yang dilansir BPOLBF menyebutkan, pada Januari hingga Februari 2025, Labuan Bajo mengalami low season kunjungan wisatawan. Keadaan ini dapat dilihat dari menurunnya tingkat okupansi kamar hotel. Meski demikian, untuk okupansi hotel berbintang 4 dan 5 masih relatif stabil. Sedangkan menurunnya okupansi hotel yang signifikan terjadi pada hotel berbintang 3 ke bawah.

BACA JUGA:  Festival Mini Meko, Ajang Promosi Keindahan Alam Bawah Laut Flores Timur

Penurunan okupansi hotel disinyalir berkaitan dengan efisiensi anggaran terutama karena hotel berbintang 3 ke bawah termasuk dalam skema pemerintah. Karena itu, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan konektivitas penerbangan internasional menuju Labuan Bajo.

Seperti penerbangan langsung Singapura ke Labuan Bajo dan Kuala Lumpur ke Labuan Bajo. Staregi ini merupakan salah satu cara untuk menambah variasi dan dominasi kunjungan mancanegara ke Labuan Bajo. Selain itu, penyesuaian tarif terjangkau penerbangan domestik nusantara juga dilakukan terutama menjelang libur lebaran.

Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan diperlukan strategi pengelolaan kepariwisataan yang komperhensif dengan dukungan berbagai sector, mulai dari sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan sektor lainnya dengan ekosistem tata kelola dan kepariwisataan.

BACA JUGA:  Hati Damai, Wisata Rohani di Bukit Doa Wato Miten Lembata

Langkah-langkah ini tidak hanya berdampak langsung pada sektor-sektor tersebut, tetapi juga menciptakan multiplier effect, mulai dari terbukanya lapangan kerja yang lebih luas, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan, yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Sinergi antara sektor pariwisata dan sektor produktif lainnya.

Berdasarkan data menyebutkan, tingkat hunian hotel pada Januari 2025 rata-rata length of stay yakni 2,33 malam. Hotel bintang 3 dan 5 selama 2,33 malam serta bintang 4 selama 2 malam. Tercatat, pada Februari 2025, wisatawan China mendominasi kunjungan yakni 30,4%.

Disusul Malaysia 21,7%, Indonesia 13%, Kanada 8,7% serta Australia, Taiwan, Polandia, Singapura, dan Myanmar masing-masing 4,3%. Resort hotel bintang 4 mencatat hunian tertinggi yakni 53,33%, sedangkan hotel bintang 3 terendah yakni 18,82%. Sedangkan pada Januari 2025, tingkat hunian resort mencapai 31,96% dan hotel bintang 5 sebesar 38%. *[red/fgc]

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button