Nama ini menjadi tambatan abadi bagi yang terlahir dari rahim kampung halaman di Flores Timur. Kapan saja, di mana saja dan bagaimanapun hidup, semewah, gemerlap apapun di luaran sana, tetap yang namanya Lewotana pasti akan menjadi tempat tertuangnya rasa rindu mendalam setiap insan yang mengalir darah Lewotana. ATA KIWAN itulah kami.
Sebutan kami dari setiap sudut wilayah LAMAHOLOT.
Lewo (kampung) tempat paling nyaman karena dari tempat ini, kami mulai berangkat sekolah, merantau dan akan kembali juga ke Lewo. Semua orang pasti merasakan itu di mana saja di nusantara ini bahkan ke luar negeri seantero dunia.
Biwa rowe, malu bohuq dikoon lewoku, karena dibalik bencana ini, Lewotana akan selalu menjamin ata lewo akan berkecukupan. Mio pana horon kiaq, tibeng to,u mio gwali, tobo turu geme ia lewotana. Untuk selamanya koda geka mura rame hama wia noon ruaia.
Lewo ….. nenek moyang sudah meletakkan dasar kuat kearifan untuk membangun Lewo dengan berbagai pertimbangan dari sisi keamanan, kenyamanan dan kemudahan mendapatkan kehidupan yang berawal dari titik sumber-sumber mata air terdekat.
Nenek moyang tidak gentar menghadapi segala cobaan bencana alam, binatang buas dan lain-lain. Mereka sudah paham bagaimana mengidentifikasi mitigasi bencana tanpa harus menggunakan alat canggih dan terlahirlah mitigasi budaya dan sampai sekarang masih kita lakukan sebagian yang lainnya diabaikan begitu saja tanpa disadari.
Namun, seturut berkembangnya zaman, maka ata lewo juga akhirnya terpengaruh dan mulai merubah tatanan yang ditanamkan nenek moyang. Bencana merupakan peringatan keras dari Lewotana terhadap Ata Lewon yang mana sudah melanggar mitigasi budaya yang sudah ditetapkan yaitu (menebang pohon di hutan sekitar Ile, menggarap lahan hingga melewati zona hutan, menembak burung dan satwa lain di sekitar hutan yang tidak harus diburuh, masuk hutan tanpa permisi, prilaku adat sudah mulai dibolak balik oleh yang merasa hebat, kawin mawin tude bali : tidak sesuai dengan jalur suku yang seharusnya dia nikahi, dll).
Semua ini terakumulasi jadi satu yaitu Lewotobi muak, mual dan akhirnya meletus. Sekarang bagaimana, ke mana dan sampai kapan begini terus? Itulah bahan refleksi untuk para pemuja internet khususnya dari Lewo. Mari mulailah sadar dan kembali ke titik awal. Lewotana menunggu. Eka Bohoq Lewo! *