
FLORESGENUINE.com- Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus menyatakan bahwa keluarga adalah gereja kecil dan cinta berawal dari keluarga atau dari rumah. Seperti pesan injil mengenai keluarga kudus dari Nasaret di mana mengungkapkan perasaan cinta orang tua yakni Maria dan Yosef kepada Yesus yang tiba-tiba hilang.
“ Mengapa Maria dan Yosef pergi mencari Yesus? Karena mereka ingin agar Yesus pulang ke rumah. Namun kadang-kadang, kita tidak pulang ke rumah bahkan kita lupa rumah kita sendiri,” ungkap Uskup Maksi dalam kotbah perayaan misa di Gereja Merombok, Labuan Bajo, Munggu pekan lalu.
Uskup Maksi mengatakan bahwa simbol rumah atau keluarga dalam injil adalah tempat orang untuk pulang. Alasannya, karena dalam keadaan apapun baik dalam keadaan sukses atau berhasil, keadaan kecewa atau pun keadaan terluka dan keadaan ditolak, kita selalu harus kembali ke rumah.
“ Sehingga ketika Yesus tidak ada di rumah, Maria dan Yosef merasa cemas karena Yesus harus pulang ke rumah. Apakah orang tua merasa cemas kalau anaknya tidak pulang kerumah? Hampir semua orang tua merasa cemas. Kecemasan seperti ini disebut kecemasan suci. Cemas atau kecemasan itu bersifat suci. Karena dia mencemaskan sesuatu yang sangat berharga. Kalau tidak cemas berarti tidak ada lagi kesucian di dalam diri kita. mencemaskan sesuatu adalah nilai sangat tinggi atau nilai penting di dalam hidup,” Uskup Maksi menerangkan.
Uskup mengatakan bahwa Yosep dan Maria mempunyai kecemasan yang suci. Ketika Yesus tidak berjalan atau tidak ada bersama mereka. Hati mereka sangat cemas karena kecemasan itu yang mendorong mereka pergi mencari Yesus.
Menurut Uskup, sebagai sebuah gereja kecil ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menjalani kehidupan keluarga.
Pertama, kesetiaan. Kesetiaan merupakan nilai paling penting. Seperti Hana yang meminta supaya memiliki seorang anak dan Tuhan mengabulkannya. Hana setia pada janjinya bahwa ia akan mempersembahkan kembali anaknya kepada Tuhan dan ia setia pada janjinya itu.
“ Dalam rumah, dalam keluarga, kalau tidak ada kesetiaan, tidak ada lagi kecemasan yang suci,” tandasnya.
Kedua, kehadiran. Ketika bertemu dengan Yesus di Bait Allah, mereka ingin hadir. Rumah atau keluarga tanpa kehadiran tentu bukanlah rumah, apalagi jaman sekarang, semua orang di rumah punya handphone, sibuk masing-masing dengan handphone. Kehadiran itu maknanya sudah semakin memudar. Padahal, kehadiran sangat penting di dalam kehidupan sebuah keluarga.
Ketiga, komunikasi. Apa yang terjadi ketika Maria bertemu dengan Yesus, mereka berbicara dengan membangun dialog yang bersahabat dengan Yesus. Yesus memberikan pemahaman supaya Maria dan Yosef paham dan mengerti akan dirinya.
“ Komunikasi sangat penting. Kadang-kadang kita menganggap sesuatu hal dari anak-anak kita yang tidak berkenan, kadang kita lewatkan saja. Ternyata ada sesuatu hal besar yang dihadapi oleh anak-anak, juga oleh orang tua. Keluarga yang memiliki kecemasan suci itu adalah keluarga yang mau berkomunikasi, mau berbicara satu sama lain dan mau berbagi,” ungkap mantan Rektor Unika Ruteng.
Menurut Uskup Maksi, orang tua harus sering berkomunikasi dengan anak tentang apa saja yang mereka perlukan. Karena belum tentu apa yang diinginkan oleh orang tua, akan diikuti oleh anak-anak, maka sangat penting komunikasi. Terlebih ketika anak-anak mengalami tantangan atau masalah di luar rumah.
“ Keluarga katolik sebagai gereja kecil adalah keluarga yang komunikatif, keluarga yang berbagi, keluarga yang saling menguatkan, bahkan dengan hanya satu kata saja dan sebaliknya dengan satu kata saja orang itu merasa terluka di dalam rumah. Oleh karena itu kita harus menjaga kata yang kita ucapkan. Menjaganya supaya kata tersebut memberi semangat dan tidak melukai,” tambah Uskup Maksi. [vin/fgc]