BUMI MANUSIA

Tips Terhindar dari Serangan Binatang Purba Komodo

Sebelum berkunjung ke kawasan destinasi pariwisata Taman Nasional Komodo (TNK), sebaiknya Anda membekali diri dengan pengetahuan yang memadai tentang karakteristik dan perilaku binatang purba komodo.

Sebab, kisah tentang korban gigitan binatang komodo kerapkali terjadi. Dalam kurun waktu 1974 sampai Maret 2022 puluhan orang yang korban keganasan komodo. Sebagian dari para korban dinyatakan meningal dunia.

Meskipun hewan purba tersebut terkesan jinak, bermalas-malas dan tidur-tiduran di bawah kolong-kolong rumah penduduk atau di bawah pohon, tidak mengurangi sifat ganasnya sebagai satwa liar. Sesewaktu ia dapat menunjukkan sifat agresif tanpa ampun. Masih segar dalam ingatan, tahun 2009 lalu, dua orang warga menjadi korban keganasan komodo.

Kedua korban itu yakni Ma’in dan Anwar. Ma’in adalah seorang petugas Polisi Hutan (Polhut) dan Anwar adalah warga Pulau Mesah. Kedua korban dalam waktu yang hampir bersamaan menjadi korban komodo. Kala itu, Bapak Ma’in dapat diselamatkan berkat penanganan cepat oleh para medis, sedangkan Anwar, harus merenggang nyawa. Meninggal dunia.

Dua peristiwa tragis tersebut memunculkan banyak pertanyaan dan spekulasi di tengah masyarakat. Mungkinkah komodo telah berubah perilakunya akibat habitatnya mulai terganggu oleh aktivitas manusia?

Terlepas dari alasan apapun yang melatari kejadian itu, satu yang pasti bahwa Komodo tetaplah binatang liar dan ganas. Komodo adalah pemangsa yang tangguh. Berat badannya kurang dari 100 kg tetapi memiliki kemampuan yang luar biasa. Ia mampu melumpuhkan hewan kerbau dengan bobot 250 kg.

Komodo juga mempunyai naluri membunuh yang besar namun dikenal pula sebagai binatang penyabar, lantaran sifat sabarnya dalam menunggu mangsa yang mempunyai kemampuan berlari kencang seperti rusa. Untuk mangsa yang berlari cepat, biasanya komodo setia menunggu berjam-jam di dalam semak belukar atau mengendap-endap di tempat-tempat yang menjadi lintasan rusa.

BACA JUGA:  Isi Deklarasi Istiqlal yang Ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Nasaruddin Umar

Maka jika Anda hendak berkunjung ke Taman Nasional Komodo, sebaiknya Anda jangan terkecoh dengan perilaku komodo yang seolah-olah “bersahabat” saat menyambut kedatangan Anda. Komodo tetaplah satwa liar yang ganas dan sesewaktu sifat garangnya dapat ia tunjukkan terutama tatkala komodo sedang kelaparan.

Biasanya, para pengunjung atau wisatawan akan dikawal oleh para petugas jagawana. Para aparat keamaman dan pemandu wisata akan memandu Anda dalam melakukan aktivitas trekking atau bersenang-senang menikmati alam di daratan maupun di area pesisir pantai.

Untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, berikut beberapa tips yang dapatAnda lakukan agar terhindar dari serangan binatang purba komodo:

Pertama, saat dekat dengan komodo, Anda hendaknya selalu bersikap tenang. Tidak boleh mengambil sikap mendadak seperti berlari karena panik, menendang-nendang atau mengibas-ngibaskan tangan, karena komodo bisa menganggap Anda sebagai mangsa atau sedang mengganggu dirinya.

BACA JUGA:  Ini Agenda Upacara Thabisan Uskup Perdana Keuskupan Labuan Bajo

Kedua, komodo memiliki daya penciuman yang sangat tajam. Komodo biasa menggunakan daya penciuman untuk mendeteksi mangsa atau makanan. Bila tercium darah segar, komodo-komodo akan segera datang menghampiri aroma bau darah atau bangkai. Untuk itu, sebaiknya Anda tidak membawa barang-barang yang berbau darah atau bangkai yang dapat memancing reaksi komodo untuk menghampiri Anda. Itu sebabnya, biasanya para wanita yang sedang menstruasi dilarang berkunjung ke area keberadaan komodo.

Binatang purba komodo sedang memangsa mangsanya. (foto : ist)

Ketiga, gerakan mengayun yang ritmik akan menarik perhatian komodo, untuk itu, jangan Anda mengulurkan atau mengayun-ayunkan tangan atau kaki di beranda rumah panggung atau menggerakan benda-benda yang dicurigai sebagai mangsa komodo seperti kantong plastik atau benda lainnya.

Keempat, bawahalah selalu tongkat kayu bercabang yang biasanya disediakan oleh para petugas. Tongkat kayu bercabang itu biasa digunakan  untuk menghalau atau ‘menggertak’ komodo agar tidak terlalu mendekat. Selain itu, tongkat kayu juga berfungsi untuk mengunci dan menahan gerakan komodo jika melakukan serangan.

BACA JUGA:  Sensasi Terowongan Pata Pu, Dentuman Dasyat Bikin Bulu Kuduk Berdiri

Kelima, pergunakan kostum yang layak untuk trekking seperti sepatu dan hindari memakai pakaian yang berwarna cerah terutama berwarna merah.

Keenam, bila Anda dikejar komodo, berlarilah berbelok untuk memperlambat laju lari komodo. Pasalnya, binatang komodo bukan pelari yang baik. Namun, terpenting Anda tidak sampai terantuk batu atau kayu karena komodo dapat menyerang dan menyergap saat jatuh Anda tak jatuh. Jika terpaksa, Anda dapat memanjat pohon untuk menyelamatkan diri karena komodo dewasa berukuran besar tidak mampu memanjat pohon namun, tidak untuk komodo berukuran masih kecil atau sedang karena komodo dengan ukuran demikian dapat memanjat pohon.

Ketujuh, Demi keselamatan dan kenyamanan, sebaiknya Anda mentaati seluruh arahan yang diberikan oleh petugas dan pemandu wisata. Pasalnya, petugas dan pemandu wisata lebih tahu dan mengenal secara baik perilaku komodo dan topografi alam di tempat-tempat habitan asli binatang purba komodo. *[kis/fg]

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button