FLORESGENUINE.com- Komisi Kepemudaan Keuskupan Labuan Bajo menggelar perayaan ekaristi kudus bersama Orang Muda Katolik (OMK) yang berlangsung di Gereja Santo Petrus Sernaru, Labuan Bajo, Senin (16`12`2024).
Dengan mengangkat tema : Terang bagi Bangsa-Bangsa, orang muda menjadi salah satu pilar penting dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat. Orang – orang muda diberi tempat khusus di hati Bunda Gereja. Perayaan ini juga digelar dalam rangka memperingati hari orang muda sedunia yang ke-39 sekaligus menyambut lahirnya Keuskupan Labuan Bajo.
Uskup Labuan Bajo, Mgr Maksimus Regus dalam kotbahnya mengatakan bahwa sebagai orang muda, kita seratus persen Katolik tetapi juga seratus persen Indonesia. Menjadi orang Katolik sama menjadi orang Indonesia. Menjadi orang Indonesia juga menjadi orang katolik.
Menjadi orang Indonesia harus menunjukkan diri menjadi orang Indonesia yang toleran, terbuka, dan bersahabat. Ini adalah tantangan kita sebagai orang-orang muda Katolik.
“ Jadi benar-benar Katolik di satu pihak, tetapi juga benar-benar Indonesia di pihak yang lain,” tandas Uskup Regus.
Menurut Uskup Regus, Indonesia dikenal sebagai negara yang indah. Orang-orang yang ramah, suka senyum, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah. Namun kata Uskup, tantangan kita adalah menjadi orang Katolik seratus persen dan menjadi orang Indonesia seratus persen.
“ Ketika kita menjadi seratus persen katolik, kita dituntut untuk bersaksi sesuai tema misa hari ini yakni menjadi terang bagi bangsa-bangsa,”ujarnya.
Uskup Regus menekankan tiga hal yang perlu diingat ketika bicara tentang terang yakni pertama tentang identitas kita. Terang adalah jati diri kita. Jadi terang adalah bagian dari ekspresi hidup kita. Terutama sebagai orang muda.
“ Apa sih yang perlu kami sumbang dalam kehidupan menggereja dan kehidupan masyarakat,? tanya Uskup retoris.
Uskup menyatakan bahwa terkadang kita selalu berpikir menjadi kelompok yang ingin menerima sesuatu. Padahal, itu pemikiran yang salah karena Tuhan membutuhkan semua orang yang terlibat untuk bekerja dan berproses bersama Dia dalam kehidupan ini. Menurut dia, menjadi tenang itu bukan privilese satu atau dua orang tetapi hak dari semua orang untuk menjadi terang.
Sejak orang lahir sudah diinstal untuk bercahaya. Kalau tidak melakukan itu berarti mengingkari identitas kita sendiri.
Kedua, menjadi terang adalah sebuah panggilan dan tanggung jawab. Di mana kita semua dipanggil menjadi terang dan bertanggung jawab untuk setiap terang yang ditaruh Tuhan didalam kehidupan kita.
“ Itulah tanggungjawab kita dan ada banyak cara agar terang itu terus bercahaya seperti cara rohani. Cara seperti ini merupakan tanggungjawab agar terang itu terus bercahaya. Ketika tidak ada lagi tanggungjawab maka identitas tadi akan menjadi mati dan hilang,” tambahnya.
Ketiga, cahaya itu akan semakin kuat kalau ada didalam sebuah komunitas. Kita warga Gereja adalah sekelompok orang secara bersama-sama berziarah menuju keselamatan Tuhan. Karena itu kita saling membantu dalam hidup ini, saling menyelamatkan. Itu sebabnya dalam Gereja katolik itu prinsip bela rasa dan solidaritas itu adalah prinsip yang sangat kuat mewarnai tindakan pastoral dan aksi-aksi gereja yang lain.
“ Sikap bela rasa, tenggang rasa, solidaritas, setia kawan. Semoga kita terus berkumpul sebagai sumber cahaya dalam perjalanan bersama sebagai gereja lokal di Keuskupan Labuan Bajo. Gereja Keuskupan Labuan Bajo sangat membutuhkan orang muda untuk membangun Gereja,” ucapnya.
Sementara itu, Marselinus Teriandri Geraldo mewakili kaum muda menyampaikan bahwa jika kita berkaca pada realitas yang terjadi saat ini, semangat kaum muda dalam kehidupan menggereja dan dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat begitu kecil.
“ Semangat kaum muda saat ini seakan-akan terus tergerus. Hal ini terjadi karena banyak tantangan dan hambatan. Tantangan dan hambatan yang terjadi antara lain kemajuan teknologi, sikap eksklusif dan fanatisme” katanya.
Menurut dia, ada beberapa tantangan yang dirasakan oleh kaum muda seperti kemajuan teknologi saat ini mempengaruhi sikap eksklusif terhadap lingkungan. Mengutip ensiklik Laudato See yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus, hendak mengajak kita semua untuk memperhatikan lingkungan.
“ Saya mengajak kaum muda untuk tidak takut bersuara, dan tidak takut untuk berorganisasi. Saya yakin seribu wajah yang ada di gereja ini mampu menjadi terang bangsa-bangsa. Harapan kepada komisi kepemudaan keuskupan Labuan Bajo kami diberi ruang dan waktu untuk berorganisasi kata,” ujarnya.
Sedangkan Ketua kepemudaan Keuskupan Labuan Bajo, Romo Ignatius Azevedo Viares mengatakan salah satu refleksi Bapa Paus Fransiskus pada saat merayakan hari orang muda sedunia ke 39 adalah tentang perjalanan dan kelelahan.
Hidup kita adalah sebuah perjalanan melampaui diri kita sendiri sebuah perjalanan untuk mencari kebahagiaan. Dalam kehidupan Kristiani hidup adalah peziarahan menuju Allah. Pencapaian, penaklukan, keberhasilan selalu terjadi sepanjang perjalanan. Akan tetapi normal jika dalam perjalanan kita menemukan yang disebut dengan kelelahan. Kelelahan sering disertai dengan rasa bosan. Suatu keadaan apatis, tidak mau masuk dalam perjalanan. Tidak memilih, tidak memutuskan, tidak mau ambil resiko, dan lebih senang tinggal dalam zona nyaman.
“ Solusi untuk mengatasi kelelahan bukan dengan cara duduk diam dan beristirahat, tapi justru yang dilakukan adalah beranjak dan melakukan persiarahan,” ujarnya.
Menurut dia, momen hari ini adalah penting untuk memulai langkah perjalanan sebagai orang muda terlebih di Keuskupan Labuan Bajo. Kita menaruh harapan pada Tuhan dalam persiarahan kita ini. Kita dipanggil untuk menemukan cahaya dan pada akhirnya menjadi cahaya bagi sesama terutama kepada sesama orang muda. [vin/fgc]