Ayo Bangun NTT adalah slogan yang diusung oleh Gubernur dan Wakil Gubernur NTT terpilih periode 2025 -2029. Slogan ini adalah sebuah ajakan kepada semua pihak untuk membangun tanah tumpah darah Flobamora yang tercinta. Ajakan ini memberi pesan kepada kita untuk membangun NTT dengan kapasitas dan kemampuan kita masing-masing.
Kita tentu mengharapkan adanya kebijakan spesifik yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan investasi serta adanya peningkatan dalam pelayanan publik. Sebagai penyambung tongkat estafet kepemimpinan NTT ke sepuluh, Melki Laka Lena diharapkan mampu membawa perubahan dan penguatan dari kepemimpinan di periode-periode sebelumnya.
Kepemimpinan NTT sudah hampir tujuh dekade. Namun, NTT masih berada di posisi lima besar daerah termiskin. Tentu hal ini menjadi tantangan dan diperlukan dukungan semua pihak. Kolaborasi pentahelix antara perguruan tinggi, bisnis, media dan masyarakat bersama pemerintah dapat menjadi kekuatan dalam membangun NTT. Dengan kapasitas dan rekam jejak yang teruji, kita berharap dan optimis dengan tangan dingin kepemimpinan NTT kedepan.
Dukungan utama berasal dari Presiden Prabowo dan pemerintahannya. Dukungan di tingkat lokal termasuk dari partai pendukung serta pihak gereja.
Dalam sebuah diskusi terbatas di KWI tahun 2016, mengutip pesan Mgr. Ignatius Suharyo bahwa, “ini saatnya peran kerasulan awam didepan”. Sebagai tokoh PMKRI, diharapkan Melki Laka Lena bisa mensinergiskan misi kerasulan awam dalam pelaksanaan kepemimpinannya.
Namun, untuk menjalankan misi ini terdapat sejumlah tantangan. Tantangan utamanya adalah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan sektor utama pertanian, perkebunan dan perikanan, tidak banyak variable ekonomi yang bisa diintervensi untuk mengembangkan bidang ini.
Berdasarkan Data BPS NTT, tahun 2018-2023, produksi padi NTT tertinggi pada tahun 2018 sebesar 899.936 ton dengan luas lahan sebesar 218,2 ribu hectare. Tahun 2023, produksi padi sebesar 766.810 ton dengan luas lahan 184,70 ribu hectar.
Berdasarkan data BPS 5 tahun terakhir ini, secara garis tren produksi dan luas lahan mengalami penurunan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proyek strategis nasional (PSN) pembangunan bendungan di NTT belum menunjukan hasil yang nyata dalam peningkatan luas lahan dan produksi padi NTT. Kendala utamanya adalah pembangunan irigasi primer dan sekunder. Kebijakan pembangunan irigasi bukan menjadi bagian dari PSN. Dengan kemampuan pendanaan daerah yang minim, maka pemerintah daerah akan sulit mewujudkan peningkatan produksi padi.
Di sektor perkebunan, NTT memiliki 8 komoditi andalan, yakni kelapa, jambu mete, kakao, cengkeh, kemiri, pala, tembakau dan kopi. Menurut Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) per 2023, produksi kopi nasional mampu mencapai 794,8 ribu ton pada 2022. Terdapat 10 provinsi penghasil kopi terbesar nasional. Produksi kopi NTT berada di posisi 9 nasional.
Produksi Kopi NTT sebesar 25,139 ribu ton atau 3,2 persen produksi nasional. Produksi tanaman kopi NTT tahun 2023 mengalami sedikit penurunan sekitar 200 ton dibanding tahun sebelumnya. Kendala penurunan produksi kopi diataranya terkait teknis budidaya, perubahan iklim dan umur tanaman kopi yang telah melewati usia produktif.
Di sektor perikanan, NTT memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Memiliki kapal penangkap ikan sebanyak 32.172 unit. Produksi perikanan tangkap sebesar 617.913 ton. Produksi perikanan budidaya sebesar 137.687 ton. Produksi ikan NTT mencapai 12,6 persen dari produksi nasional.
Luas wilayah perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah 15.141.773,10 hektare atau 3 kali lebih luas dari luas daratannya. NTT memiliki potensi perikanan tangkap sebesar 388,7 ton per tahun. Jenis ikan yang dapat ditangkap di NTT di antaranya tuna, cakalang, tenggiri, layang, selar, kembung, kerapu, ekor kuning, kakap, bambangan, lobster, cumi-cumi, dan kerang.
Dengan memperhatikan aspek geografis dan geostrategis, NTT memiliki potensi untuk produksi perikanan tangkap yang berkelanjutan. Berada pada posisi strategis di Indonesia timur bagian selatan. Dekat dengan Samudra Pacifik dan berbatasan dengan Samudra Hindia. NTT memiliki potensi menjadi hub perikanan produksi perikanan tangkap untuk Indoensia Timur dan Tengah.
Memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dengan wilayah Jakarta dan Surabaya. Potensi perikanan Indonesia Timur bagian selatan tahun 2020 mencapai 24,2 persen dari produksi nasional. Potensi ini dapat dioptimalkan dengan memaksimalkan investasi di bidang industri perikanan tangkap dan pengolahannya.
Selain sektor diatas, sektor pariwisata menjadi trend baru yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah. Pengembangan destinasi prioritas merupakan bentuk perwujudan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional tahun 2010-2025 yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2011.
Pada saat pandemic Covid19, sesuai arahan Presiden, pembangunan destinasi prioritas difokuskan pada lima destinasi. Pembangunannya dilakukan secara berkala yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Pembangunan diutamakan untuk pengembangan jalan pendukung, pelabuhan dan bandara, perintisan destinasi pariwisata, pembangunan desa wisata, pembangunan amenitas kawasan wisata, dan pembangunan dalam wilayah dan kawasan.
Kebijakan pengembangan destinasi super prioritas (DSP), menunjukan capaian yang sangat nyata. Angka investasi sektor pariwisata melambung tinggi. Hampir 25 persen angka investasi NTT yang terkait dengan sektor pariwisata. Kenaikan ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Dampak berganda lainnya berupa penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya sektor jasa yang terkait langsung dengan pariwisata dan dampak tidak langsung lainnya bagi petani dan nelayan.
Dengan memperhatikan sektor strategis diatas, guna mendorong pertumbuhan wilayah NTT Pemerintahan baru perlu mengoptimalkan program pembangunan ekonomi yang inklusif yang bisa dirasakan oleh semua lapisan masyakarat sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berdampak pada semua masyarakat. Peningkatan infrastruktur irigasi untuk memperluas lahan tanam padi, penguatan desa wisata, pendampingan sektor perkebunan kopi serta mendorong pertumbuhan investasi agar berdampak pada penyediaan lapangan kerja.
Pemerintah perlu mengoptimalkan pelayanan publik dan tata Kelola yang lebih baik guna memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat dan investor serta program yang dapat meningkatkan keahlian yang dibutuhkan angkatan kerja sehingga siap berkarya dilapangan kerja.
Terkait dengan pariwisata, masih menyisahkan pekerjaan rumah. Pembangunan infrastruktur jalan menuju destinasi wisata dan pembuatan rencana strategis 2025-2029 pengembangan destinasi super prioritas yang lebih merata di seluruh wilayah NTT.
Harapan kita Bersama untuk membangun NTT akan dapat terwujud secara optimal apabila terciptanya sinergitas antar kelembagaan termasuk antar pemerintah daerah, pemerintah daerah dan propinsi serta dukungan semua pihak. Ayo semua saudara, bangkit dan bangun Flobamora tercinta.
Penulis adalah Alumni Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Ketua Yayasan Parapuar Lingko Nusantara