Menurunnya daya beli masyarakat secara tidak langsung membentuk pola ketergantungan masyarakat terhadap bantuan sosial (bansos). Sebaliknya, bansos telah menciptakan ketergantungan ekonomi masyarakat. Dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu, masyarakat terpaksa menggantungkan ketersediaan kebutuhan pokoknya dari bansos.
Bansos menjadi andalan untuk menutupi kebutuhan pokok yang tidak mampu dipenuhi dengan pendapatan mereka. Kelas menengah bawah saat ini sedang mengalami penurunan daya beli akibat tekanan ekonomi yang terus meningkat seperti inflasi, pengangguran dan ketimpangan pendapatan. Maka hadirnya bansos, menjadi langkah penyelamatan darurat atau penyambung hidup bagi masyarakat.
Salah satu faktor yang memperkuat ketergantungan bansos adalah menurunnya daya beli masyarakat. Bansos lambat laun mulai dipandang sebagai instrumen permanen oleh masyarakat dan pemerintah. Hal ini mengindikasikan bahwa bansos telah melenceng dari tujuannya yang bersifat adhoc. Ketergantungan ini dapat membahayakan keberlanjutan fiskal negara.
Di satu sisi, bansos membantu masyarakat bertahan dalam jangka pendek. Di sisi lain, ia melemahkan fondasi ekonomi. Ketergantungan terhadap bansos memiliki resiko sosial yang cukup besar.
Masyarakat yang terbiasa dengan bansos cenderung kehilangan motivasi untuk bekerja keras dan mandiri. Ketergantungan ini mengikis semangat inovasi dan etos kerja mereka karena menganggap bansos sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Jika suatu saat pemerintah terpaksa menghentikan atau mengurangi bantuan maka bukan tidak mungkin memunculkan keresahan yang memicu ketidakstabilan sosial.
Proses pemiskinan struktural seperti ini membutuhkan solusi yang jauh lebih kompleks daripada sekadar distribusi bantuan. Bansos, pada esensinya, tidak dirancang untuk mengatasi akar masalah terutama kebutuhan akan pangan.
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf pernah menyoroti fenomena demotivasi masyarakat yang ketergantungan menerima bansos. Ketergantungan penerima bansos merupakan satu dari empat tantangan dan isu strategis Kementerian Sosial (Kemensos) saat ini.
Ketergantungan masyarakat terhadap Bansos berdampak sangat luas terutama bagi penyedia atau produsen pangan seperti petani, nelayan dan peternak. Petani di desa-desa hampir kehilangan motivasi dan daya juang untuk menyediakan sumber pangan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri maupun masyarakat.
Ketergantungan masyarakat pada bansos bermuara pada krisis pangan yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Kondisi ini, dalam jangka panjang tentu tidak menguntungkan bagi masyarakat terutama para petani di desa-desa yang selama ini menggantungkan hidup dan penghidupannya pada dunia pertanian, nelayan dan ternak. *[kornelis rahalaka]