
FLORES GENUINE – Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus menegaskan pentingnya semangat soliditas dan solidaritas dalam menjalankan karya pelayanan pastoral yang diemban oleh para imam, biarawan dan biarawati se Keuskupan Labuan Bajo.
Rapat yang dihadiri para biarawan, biarawati se Keuskupan Labuan Bajo itu digelar di Aula Pastorak Paroki Katedral, Labuan Bajo, Rabu (5/2/2025). Pertemuan ini selain untuk saling mengenal diantara para imam, biarawan dan biarawati juga saling memberikan benefit bagi karya pastoral di keuskupan ini.
” Gereja lokal Keuskupan Labuan Bajo mengedepankan semangat soliditas dan solidaritas,” ungkap Uskup Maksi.
Uskup Maksi menyatakan bahwa kebersamaan dan persaudaraan perlu diperkuat dan dipelihara supaya menjadi wujud kesaksian pastoral bagi umat dan masyarakat. Untuk itu, komunikasi diantara kita sepatutnya menjadi suatu komunikasi persaudaraan, dan pendekatan pastoral kita adalah pastoral dengan hati sehingga apa yang kita minta atau sampaikan dapat diterima dan dijalankan oleh umat.
Dalam konteks kebersamaan dan persatuan, Kata Uskup Maksi, imam dan para religius sepatutnya dalam pikiran dan gerak bersama untuk menghadapi berbagai isu yang sedang berkembang di dalam masyarakat.
“ Ini tidak bisa dihadapi sendirian oleh uskup atau seorang imam, tetapi sesama imam dan religius dapat berjuang bahkan menderita bersama-sama dalam menghadapinya,” ujarnya.
Menurut Uskup, perubahan yang begitu cepat dalam pembangunan pariwisata dan persoalan-persoalan seperti ekologis, migrasi, angkatan kerja dan pengupahan serta perdagangan manusia sungguh membutuhkan peran dan pengaruh dari gereja untuk menggerakkan perubahan ke arah yang lebih baik dan bermartabat.
“ Gereja harus hadir sebagai nabi yang menggelorakan semangat perubahan,” tandasnya.
Ia berpesan bahwa persaudaraan dan kebersamaan akan terus terpelihara dan terus membawa kebaikan bagi Gereja dan masyarakat jika para imam, biarawan dan biarawati setia dalam panggilannya masing-masing.
” Mereka setia bukan dalam arti bertahan, tetapi bertumbuh dalam dedikasi dan pengorbanannya,” kata Uskup.
Menurut Uskup, ketika kebersamaan dan persaudaraan dipelihara dalam kehidupan fraternal, maka disana diperlukan sikap saling mendukung dan menguatkan. Selain itu, penting adanya suka cita dalam kerja dan pelayanan.
” Ini sesungguhnya menandakan bahwa kita berjalan bersama dan hidup bersama di dalam Keuskupan Labuan Bajo ini,” kata Uskup Maksi.
Ia mengingatkan juga bahwa dalam sidang post Natal 13-16 Januari 2025 lalu, telah disepakati tekad untuk berjalan bersama dalam semangat sinodalitas untuk menghadapi aneka peluang dan tantangan serta aneka harapan dalam karya pastoral gereja lokal Keuskupan Labuan Bajo.

“ Tekad kita untuk berjalan bersama diwarnai oleh berbagai macam harapan, baik lokal maupun nasional,” ujarnya.
Uskup menyoroti dua hal penting dalam sinodalitas yaitu soliditas dan solidaritas. Gereja yang sinodal hanya terwujud jika para imam, biarawan dan biarawati mampu merawat komunikasi persaudaraan dan bukan sekadar merawat komunikasi yang bersifat administratif.
Untuk itu ia mengajak para imam dan biarawan/biarawati untuk melayani dengan hati.
“ Sebuah pelayanan yang harus lebih kuat daripada sekadar menjalankan program tertulis agar terciptanya keberakaran pastoral. Pastoral harus berakar dalam diri umat. Kedekatan kita dengan umat mesti menciptakan keberakaran pastoral,” tambahnya.
Karena itu, ia mengajak biara-biara untuk membagikan kekayaan spiritualitas masing-masing dalam pelayanan demi menumbuhkan dan mengembangkan karya pastoral dengan kompleksitas persoalannya dalam bidang turisme, ketenagakerjaan dan ekologi.
Pada bagian akhir, Uskup Maksi menggarisbawahi tiga hal penting yakni:
Pertama, kesetiaan pada panggilan dan pelayanan yaitu bukan hanya dengan semangat bertahan, tetapi juga semangat untuk bertumbuh.
Kedua, kebersamaan dalam hidup fraternal yaitu membudaya dalam sikap saling mendukung, menyembuhkan dan menguatkan.
Ketiga, bersukacita dalam hidup dan pelayanan yaitu sukacita merupakan nilai konstan dalam hidup kita.* [vin/fgc]